Keluarga Kolonel Ontang: Bagai Petir di Sore Hari
- VIVA/Zahrul Darmawan
VIVA.co.id - Kabar tewasnya Kolonel Infanteri Ontang Sitindaon dirasakan keluarga bagai petir di sore hari. Keluarga tak menyangka jika Ontang adalah satu dari 13 korban tewas pada insiden jatuhnya Helikopter Bell TNI Angkatan Darat di Poso, Sulawesi Tengah.
       Â
Adik Kolonel Ontang, Marthin Sitindaon, mengaku mendengar kabar duka itu pada Minggu petang. Awalnya, Ia menerima tiga kali telepon yang menanyakan kondisi Ontang namun karena belum menerima kabar apapun tentang kematian sang kakak mereka hanya diam.
"Kita kan baru saja selesai acara arisan keluarga, lagi ada di teras dan kebingungan dengar kabar itu, loh ini ada apa," kata Marthin saat ditemui di rumah duka, Komplek Cijantung II, Jalan Cempaka G RT 15 / 04, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Senin, 21 Maret 2016.
     Â
Panik bercampur bingung, Marthin pun mengecek informasi dari media sosial. Dalam berita itu disebutkan bahwa ada insiden dan disebutkan nama Ontang sebagai salah satu penumpang di dalamnya.
"Kemudian saya mulai menerima ucapan duka. Ini ada apa? Saya sempat bingung," ujarnya.
Setelah mendapat kepastian, Marthin pun berusaha memberitahu keluarga besar termasuk keluarga Ontang. Saat itu, ia sempat bingung karena memikirkan kondisi orang tuanya yang sudah sepuh.
Setelah berembuk maka diputuskan dilakukan doa bersama. Di dalam doa itu disebutkan bahwa ada insiden pesawat jatuh.
"Saat itulah, kami merasa bagai petir di sore hari," ucapnya.
Keluarga yakin jika Ontang yang disebutkan adalah bagian dari keluarganya. Sebab, dari ciri khas dan nama Ontang yang sangat jarang dan memang memiliki arti khusus.
"Iya, kita semakin yakin setelah mendapat ciri dan nama. Nama Ontang itu jarang. Ontang dalam bahasa Batak artinya pembuka," jelas Martin dengan mata berkaca-kaca.
Atas musibah ini, Martin menyatakan pihak keluarga pasrah, menerima kenyataan ini. Mereka menyadari bahwa ini bagian dari resiko tugas yang dijalani almarhum.
Rencananya, almarhum akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Atas pemintaan keluarga. Almarhum akan dimakamkan di dekat ayah dan kakaknya.
Ontang meninggalkan dua putri bernama Bella dan Wendi. Sama seperti kedua putrinya, sang istri Anasanti Sianturi terlihat syok berat atas musibah ini. Beberapa kali ia tak kuasa membendung kepedihan ketika mendapat ucapan duka dari pelayat.
Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan Tentara Nasional Indonesia, Mayjen TNI Tatang Sulaiman mengatakan bahwa kejadian nahas tersebut terjadi sekitar pukul 17.20 WITa.
Helikopter berangkat dari Desa Napu menuju Poso berisi 13 penumpang. Kemudian pukul 17.55 WITa, helikopter buatan Kanada tahun 2012 itu jatuh di atas perkebunan Kelurahan Kasiguncu, Kecamatan Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
"Ada 13 korban, yaitu 7 penumpang dan 6 kru helikopter. 10 menit sebelum mendarat di lapangan sepakbola tempat akan mendarat, helikopter jatuh. Cuaca hujan deras 10 menit itu," ujar Tatang.
Berikut 13 korban yang meninggal.
Penumpang:
1. Kolonel Inf Saiful Anwar (Danrem 132/Tdl).
2. Kolonel Inf Heri.
3. Kolonel Inf Ontang R. P.
4. Letkol Cpm Tedy.
5. Mayor Inf Faqih.
6. Kapten Dr. Yanto.
7. Prada Kiki.
Kru helikopter:
8. Kapten Cpn Agung.
9. Lettu Cpn Wiradi.
10. Letda Cpn Tito.
11. Serda Karmin.
12. Sertu Bagus.
13. Pratu Bangkit.