Alutsista Sendiri Justru Jadi Ancaman bagi Personel TNI
- VIVA.co.id/Mitha Meinansi
VIVA.co.id – Kecelakaan helikopter Bell milik TNI AD di Dusun Patiro Bajo, Desa Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir, Sulawesi Tengah pada Minggu 20 Maret 2016 kemarin mengakibatkan 13 anggota TNI tewas.
Kecelakaan terkait alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI kembali terjadi, setelah sebelumnya pesawat latih Super Tucano milik TNI juga jatuh di Malang, Jawa Timur pada 10 Februari 2016.
"Harus dilakukan pengecekan, kenapa bisa terjadi. Apakah pemeliharaan yang kurang baik dari skill pilot maupun maintenance," kata Ketua DPD, Irman Gusman saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin, 21 Maret 2016.
Irman menilai, sebaiknya seluruh alutsista TNI harus segera dievaluasi. Pasalnya, dengan intensitas selama ini, maka kecelakaan alustsista justru menjadi ancaman bagi personel TNI sendiri.
"Saya kira ini tidak bisa dianggap biasa. Ini menyangkut wibawa alutsista jadi harus evaluasi sistemnya. Alutsista harus miliki standar yang tinggi," katanya menambahkan.
Â
Markas Besar TNI sudah mengkonfirmasi, para perwira dan personel yang ada di dalam helikopter itu tengah melakukan tugas operasi perbantuan kepada Polri di Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Mereka membantah jika kecelakaan akibat serangan dari teroris kelompok Santoso yang memang tengah diburu Detasemen Khusus 88 (Densus 88) Antiteror dan pasukan gabungan TNI-Polri.
Berikut daftar 13 korban yang meninggal tersebut,
1. Kolonel Inf Saiful Anwar (Danrem 132/Tdl)
2. Kolonel Inf Heri
3. Kolonel Inf Ontang R. P
4. Letkol Cpm Tedy
5. Mayor Inf Faqih
6. Kapten Dr. Yanto
7. Prada Kiki
8. Kapten Cpn Agung
9. Lettu Cpn Wiradi
10. Letda Cpn Tito
11. Serda Karmin
12. Sertu Bagus
13. Pratu Bangkit.
Kecelakaan helikopter hingga saat ini diduga faktor cuaca buruk.
(mus)