Keluarga Protes Jenazah Terduga Teroris Ditahan 3 Pekan
- Abdy Mari
VIVA.co.id – Jenazah satu terduga teroris yang tewas dalam kontak senjata antara aparat keamanan dan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Desa Torire, Kecamatan Lore Tengah, Poso, Sulawesi Tengah, hingga kini masih berada di kamar jenazah RS Undata Palu.
Jenazah ini berhasil teridentifikasi atas nama Fonda Amar Solihin alias Ponda alias Dodo. Jenazah sudah hampir tiga pekan belum diserahkan kepada pihak keluarga.
Pihak keluarga menganggap sikap Polda Sulteng ini kontraproduktif dengan program deradikalisasi yang dicanangkan pemerintah saat ini.
“Sikap itu justru dapat membangkitkan kebencian kepada institusi Polri sehingga kami curiga sikap Polda Sulteng ini bagian dari kontra teroris,’’ kata Harun Nyak Itam Abu, anggota tim pengacara muslim (TPM), yang mendampingi pihak keluarga, di Sekretariat AJI Palu, Rabu 16 Maret 2016.
Keluarga Dodo alias Ponda pun menyayangkan sikap Polda Sulteng ini. “Belum adanya hasil tes DNA dari Mabes Polri sebagai dasar Polda menyerahkan jenazah Dodo, sulit diterima. Sebab, belajar dari kasus Daeng Koro dan Farhan, hanya butuh waktu 3 hari hasil DNA sudah ada,’’ kata Harun.
Widyati (44), ibu kandung terduga teroris Fonda Amar Solihin alias Dodo, serta Nusaiba ibu tiri Dodo yang ikut datang menemui wartawan, bahkan mengancam akan menurunkan ormas Islam untuk berunjukrasa ke Polda Sulteng.
“Jika desakan melalui media tetap tidak digubris, maka kami meminta TPM untuk menggerakan ormas Islam agar menggelar demo ke Polda,’’ ancam Nusaiba.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigjen Pol Rudy Sufahriady, mengatakan belum dikembalikannya jenazah terduga teroris Ponda yang diketahui sebagai calon menantu Santoso itu, murni karena belum adanya hasil DNA dari Mabes Polri.
“Tidak ada alasan lain yang membuat kami harus menahan jenazah anggota kelompok Santoso itu di Palu. Semuanya murni karena memang belum ada hasil tes DNA dari Mabes Polri,” tegas Rudy di Mapolda Sulteng Rabu siang.