Banjir Bandang Terjang Kota Bandar Lampung
- Prabu Adie/VIVA.co.id
VIVA.co.id – Hujan deras yang mengguyur Kota Bandar Lampung, selama tiga jam sejak pukul 13.00 WIB pada Selasa, 15 Maret 2016, mengakibatkan tiga kelurahan terendam banjir. Ketiga kelurahan itu yakni, Kelurahan Gedung Pakuon dan Pesawahan di Kecamatan Telukbetung Selatan, serta Kelurahan Kota Karang.
Pantauan VIVA.co.id di lokasi, ribuan warga terlihat sibuk mengeluarkan harta benda yang masih bisa diselamatkan dari rendaman air yang menggenangi rumah mereka.
Untuk menanggulangi bencana ini, puluhan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung diterjunkan ke lokasi banjir, untuk mengevakuasi warga menggunakan perahu karet.
Banjir yang terjadi di kawasan Kelurahan Gedong Pakuan dan Kelurahan Pesawahan itu, menurut Camat Telukbetung Selatan, Yustam Effendi, merupakan banjir pertama yang melanda kawasan itu setelah 33 tahun. Banjir sebelumnya terjadi pada 1983 silam.
"Banjir bandang ini memang sangat cepat dan tiba-tiba karena luapan air dari Sungai Kahuripan. Dulu juga pernah terjadi, tapi pada tahun 1983," kata Yustam, di lokasi banjir.
Menurut Yustam, ketinggian banjir itu bervariasi antara 1,5 hingga 2 meter dan merendam rumah warga di bantaran sungai. Akibatnya, ribuan warga harus mengungsi.
"Ya kalau untuk Jumlah pastinya, belum bisa dikonfirmasi. Tapi yang pasti, ada ribuan rumah warga yang terendam banjir," kata Yustam.
Sementara itu, Sekretaris BPBD Kota Bandar Lampung, Erwin, mengatakan pihaknya menerjunkan sekitar 70 anggotanya untuk membantu evakuasi korban banjir.Â
Dalam evakuasi ini, selain perahu karet untuk membantu pengungsian warga, BPBD juga mengerahkan dua mesin pompa untuk membantu menguras air dari dalam rumah warga.
"Kami ungsikan dahulu yang rumahnya masih kebanjiran ke daerah kering, tidak ada korban jiwa dalam kejadian banjir ini," katanya.
Dari data BPBD, hanya ada satu korban luka yang telah dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan. "Korban luka ada satu orang, akibat terkena benda tajam dan sudah kami bawa ke rumah sakit," ujar Edwin.
Menurut penuturan warga korban banjir, air datang mendadak dan tidak ada peringatan dari otoritas setempat mengenai adanya ancaman banjir.
Salah satu warga korban banjir, Risma, mengaku kaget saat limpahan air datang tiba-tiba. Saat kejadian itu, dia sedang memasak di dapur dan saat air memasuki rumahnya.
Hal senada juga dikatakan warga lainnya, Rohimi. Saat banjir datang, dia sedang bersantai menonton televisi. "Begitu air masuk ke dalam rumah, saya langsung mengamankan barang-barang elektronik agar tidak korsleting listrik," ujar Rohimi.
Novi Kartika terpaksa berjibaku dengan air untuk menyelamatkan buah hatinya Habib, yang masih berusia dua bulan. Novi adalah warga Jembatan Beton, Gedong Pakuan, Telukbetung Selatan.
"Airnya itu datang dan langsung tinggi, saya langsung lari saja mas, bawa Habib anak kedua saya ini. Untung saat saya lari, ada bapak-bapak dan mengangkat bayi saya supaya tidak tenggelam. Telat sedikit saja, mungkin sudah tenggelam anak saya," kata Novi.
Novi melanjutkan, "airnya langsung segini mas (menunjuk dada) sekitar 1,5 meter, kejadiannya itu tidak ada lima menit," tuturnya.
Akibat dari banjir ini, kata Novi, seluruh pakaian keluarganya terendam lumpur yang terbawa bersama arus air dari sungai, termasuk pakaian serta popok bayinya. (ase)
Laporan: Prabu Adie Kontributor/Lampung
Â