Indra Azwan Cari Keadilan Berjalan Keliling Indonesia
Selasa, 15 Maret 2016 - 00:41 WIB
Sumber :
- Wahyudi Agus/VIVA.co.id
VIVA.co.id - 23 Tahun sudah Indra Azwan (57), warga asal Malang, Jawa Timur, mencari keadilan atas kasus yang menimpa anaknya. Rifki Andika, putra sulung Indra tewas dalam kasus tabrak lari pada 8 Februari 1993 silam, saat hendak menyeberang jalan di depan rumah. Menurutnya, salah satu penabrak adalah anggota Polri, bernama Kompol Joko Sumantri.
Meski berumur sudah kepala lima, namun semangat Indra dalam mencari keadilan masih berkobar. Dengan berjalan kaki, bapak ini mengenakan kupluk menembus teriknya panas Kota Padang di siang hari. Senyuman tegar melekat di bawah kumisnya yang mulai memutih. Tak jarang, pria asal Malang ini menerima kenyataan pahit selama perjalanan. Entah di caci maki, dihina, bahkan dicap sebagai orang gila.
Mengenakan kaos hitam bermotif singa, celana loreng dan kaus kaki hitam, Indra hari ini, Senin 14 Maret 2016, berencana menemui Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno. Kedatangannya ini untuk meminta dukungan, terhadap ketidak pastian putusan Mahkamah Agung (MA).
“Kepada MA berapa saya harus menebus salinan putusannya, 23 tahun mencari keadilan," demikian spanduk kecil yang menempel di punggung Indra. Spanduk ini tak pernah lepas darinya, sejak memulai perjalanan kaki dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan melewati Provinsi Sumatera Utara, Riau serta Provinsi Kepulauan Riau, sejak 8 Februari.
Selama perjalanan, dia tidur di berbagai tempat, dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), teras warung milik warga, sampai warung kopi tempat persinggahan sopir truk pernah dijadikannya sebagai peristirahatan sementara. Indra bertekad belum akan berhenti berjalan kaki, selama menyuarakan tuntutan keadilan atas kematian putranya. Sebab sejak tragedi itu, belum ada kepastian hukum terhadap kasus itu.
Bahkan, untuk menebus salinan putusan MA itu, dia harus menyediakan uang ratusan juta rupiah. Selain itu, aksi ini juga demi menagih janji Presiden RI Joko Widodo, dalam mengusut tuntas dan menangkap pelaku penabrak putra sulungnya.
“Hanya untuk salinan putusan, saya diminta untuk menyediakan uang ratusan juta,” katanya sesaat hendak menemui wakil gubernur.
Sesampai di kantor gubernur, Indra disambut petugas protokoler, berselang lima belas menit setelah dia mengisi buku tamu dan duduk di ruang tamu, dengan didampingi beberapa anggota Lembaga Bantuan Hukum Padang, Indra akhirnya diterima Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit.
Wajah Indra sumringah saat mantan Bupati Pesisir Selatan tersebut mempersilahkan dia menceritakan alasan Indra memilih berjalan kaki keliling Indonesia.
Indra pun berkisah, kasusnya sudah diproses sejak 1993. Pada 2008 pelaku disidang, dimana putusan majelis hakim kasus Rifki Andika dinyatakan telah kedaluwarsa. Kemudian Indra mengajukan Peninjauan Kembali (PK) di 2014. Namun, hingga 2016 ini, belum ada keputusannya, demikian juga salinannya.
Karena itu dia nekat berkeliling ke 34 Provinsi di Indonesia. Mulai dari Aceh hingga berakhir di Papua. Indra pun bertekad, ketika meninggal dunia nantinya, perjalanannya akan dilanjutkan oleh isterinya. Namun, dia menolak jenazahnya untuk dimandikan dan dikafani, sebelum ada kepastian hukum terhadap kasusnya ini.
“Jika perjalanan saya berakhir, istri saya akan melanjutkannya, dan meminta jasad saya untuk di bawa ke Presiden RI di Istana Negara,” katanya.
Baca Juga :
Enam Alasan Kesehatan dari Jalan Kaki
Indra menambahkan, hanya ada dua hal yang bisa menghentikan perjalanan ini. Pertama, Indra meninggal, dan kedua, kalau Presiden Joko Widodo memanggilnya ke Istana.
Pria malang ini juga menuntut janji Jokowi yang katanya peduli 'wong cilik'. Nah, sekarang dia sendiri adalah 'wong cilik' yang sedang dirundung duka karena masalah hukum dan keadilan.
Usai mendengarkan kisahnya, Wakil Gubernur Nasrul Abit mendoakan semoga kasus hukum yang menimpa anaknya segera selesai. Setelah itu, Nasrul langsung menanda tangani kain putih yang dibawa Indra sebagai bukti bahwa dia telah menginjakkan kaki di Kota Padang, Sumatera Barat.
"Kaki bapak terlihat bengkak, sebaiknya kita obati dulu, pak," ujar Nasrul Abit. Namun Indra menolaknya dengan halus. Menurut pria paruh baya ini, kakinya tersebut mengalami pembengkakan sejak dia memasuki Propinsi Riau, namun kini sudah mulai sembuh karena sudah terbiasa dibawa berjalan.
Setelah berpamitan, Indra langsung melanjutkan perjalanannya menuju Provinsi Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya