Ini Cara Agar RI dan Malaysia 'Tak Rebutan' Perbatasan
- VIVAnews/Ahmad Rizaluddin
VIVA.co.id – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar, mengatakan memiliki cara khusus untuk membangun desa tertinggal yang ada di daerah perbatasan dengan Malaysia.
Bersama-sama dengan Menteri Kemajuan Luar Bandar Dan Wilayah Malaysia (KLBWM), Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob, Marwan sepakat dengan kerja sama pada empat bidang untuk memajukan desa. Di antaranya pengembangan desa-desa perbatasan, pariwisata, perkebunan serta pertanian.
“Melalui penguatan sektor pertanian, diharapkan pertumbuhan ekonomi di pedesaan akan semakin meningkat. Sehingga kesejahteraan masyarakat juga semakin meningkat,” ujar Marwan di Jakarta, Sabtu, 12 Maret 2016.
Marwan menambahkan, dalam waktu dekat, fokus yang harus dikerjakan adalah pembangunan di desa-desa di perbatasan kedua negara, RI-Malaysia.
"Selanjutnya, membahas tentang rencana membuka potensi dagang untuk komoditas sektor perkebunan antara kedua negara," kata Marwan.
Dia menjelaskan, selain itu ada potensi besar pada sektor pariwisata di desa-desa. Fokus yang terakhir ialah membahas pertanian, yang fokus pada upaya meningkatkan wirausaha desa atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Sementara itu, Ismail mengatakan, Indonesia dan Malaysia memiliki perbedaan dalam menentukan kepala desa. Di Indonesia, Kepala Desa ditentukan melalui Pilkades (Pemilihan Kepala Desa), berbeda dengan Malaysia yang dipilih langsung oleh Kementerian.
“Kementerian Kemajuan Luar Bandar dan Wilayah Malaysia membawahi 16 ribu kampung. Kepala desa di Malaysia dipilih dan digaji oleh Kementerian, sedangkan pelantikannya oleh setingkat gubernur,” ujar Sabri.
Kedua Negara telah bersepakat untuk melanjutkan kerja sama. Kementerian KLBW Malaysia diwakili oleh Timbalan Ketua Setuausaha KKLW, Datuk Azizan Mohamad Sidin, dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kemendesa PDTT, Anwar Sanusi.
Menteri Pertanian dan Industri Malaysia, Ahmad Shabery Cheek, mengaku terkesan dengan salah satu produk Indonesia, yakni Kerupuk Sidoarjo, Jawa Timur.
Menurut Shabery, industri di Malaysia berkeinginan belajar dari Indonesia, bagaimana menjadikan kerupuk bukan menjadi makanan murahan, namun juga layak untuk dijual di restoran.
“Kerupuk Sidoarjo rasanya enak, kemasan juga menarik. Karena tugas kementerian yang saya pimpin, menangani hal-hal yang berkaitan dengan makanan dan pertanian. Di mana, pertanian tidak hanya untuk membantu pengentasan kemiskinan saja, tapi sekaligus membantu petani dalam pengembangan produk yang dihasilkannya untuk diekspor,” ujar Shabery.
Shabery Cheek, yang menangani industri makanan dan pertanian tersebut berharap pertanian di Malaysia tak hanya untuk membantu pengentasan kemiskinan saja, tapi juga membantu petani dalam pengembangan produk yang dihasilkan menjadi layak ekspor.
Selanjutnya, pertemuan dengan Menteri Pertanian dan Industri Malaysia ini akan ditindaklanjuti dengan menjalin kerja sama. (ase)