Gerhana Matahari Tahun Ini Mirip di Zaman Nabi
- www.lapan.go.id/Odd Høydalsvik
VIVA.co.id – Gerhana Matahari Total (GMT) yang terjadi tahun ini di Indonesia pada Rabu 9 Maret 2016, memiliki kemiripan dengan kisah yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Terhadap fenomena itu, sejumlah ulama mengimbau agar hal tersebut tidak dikaitkan dengan mitos buruk. Imbauan itu muncul mengingat dalam sejarahnya gerhana yang terjadi di era Rasulullah tersebut bertepatan juga dengan wafatnya Sayyid Ibrahim, putra Rasullah dari istri, Maria Al-Qibtiyah.
"Fenomena kesamaan gerhana seperti zaman nabi ini sangat disayangkan kalau ada isu dan mitos yang tidak baik. Di mana (gerhana) saat zaman nabi bertepatan dengan meninggalnya putra Rasul yakni Sayyid Ibrahim," terang Ketua Asosiasi Dosen Falak Indonesia, Ahmad Izzuddin di Semarang, Minggu 6 Maret 2016.
Masyarakat, kata dia, jangan sampai menganggap kesamaan waktu, durasi dan bentuk gerhana di kota lumpia seperti zaman nabi itu dengan mengaitkannya terhadap mitos buruk. Seperti meninggalnya putra nabi di malam jelang gerhana yakni pada 29 Syawal 10 Hijriah atau pada 27 Januari 632 Masehi.
"Kalau disamakan menjadi mitos buruk ini akan bahaya. Kita justru harus anggap kejadian gerhana yang sama seperti saat zaman nabi ini sebagai keistimewaan. Insya Allah gerhana besok akan baik," kata dosen ilmu falak UIN Walisongo Semarang itu.
Sebagai wujud syukur akan fenomena ratusan tahun sekali ini, pihaknya bersama sejumlah pengurus Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) serta ribuan jemaah umat muslim akan menggelar salat gerhana dan doa bersama pada Rabu pagi.
"MAJT dan umat Muslim Semarang akan kumandangkan takbir dan tahmid, pengamatan serta salat gerhana," ujarnya.
Ketua Umum Asosiasi Maestro Astronomi dan Ilmu Falak Indonesia AR Sugeng Riyadi menambahkan, kronologi riwayat menunjukkan bahwa putra nabi yakni Ibrahim bin Muhammad dimakamkan di pemakaman Baqi pada pagi hari.
Kemudian sekitar pukul 09.00 WD, terjadi gerhana matahari. Saat itu, umat Islam Madinah mengira bahwa gerhana matahari sebagai mu'jizat, di mana wujud gerhana matahari dikatakan tengah bersedih atas wafatnya putra nabi tersebut.
"Tapi seusai salat gerhana, nabi menjelaskan dalam khutbahnya bahwa gerhana semata-mata bukti kekuasaan Allah dan tidak ada kaitannya dengan kematian seseorang," ucap Sugeng.
Melihat riwayat itu, Sugeng menegaskan, bahwa kemiripan kejadian gerhana di Indonesia, khususnya Semarang dengan kejadian gerhana pada zaman nabi tidak ada kaitannya dengan nasib buruk atau mitos-mitos yang mengerikan.
"Maka mari kita sambut GMT tahun 2016 di Indonesia ini dengan berdoa, bertakbir, bersedekah dan mendirikan salat gerhana," katanya.