Di Desa Osong, Pulsa Rp10 Ribu Harganya Rp1 Juta
- VIVA.co.id/Harry Siswoyo
VIVA.co.id - Sungguh ironi jika melihat kondisi penduduk di Desa Osong, Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram, bagian timur, Maluku. Akses komunikasi di desa itu sepertinya masih menjadi sesuatu yang mahal.
Bagaimana tidak, setidaknya kasus tersebut terjadi di desa terpencil itu. Untuk sekadar membeli pulsa dengan nominal Rp10 ribu saja, warga harus merogok kocek hingga Rp1.012.000. Nilai yang sangat fantastis untuk sekadar berbicara melalui telepon seluler (ponsel).
Umumnya, para warga nekat membelinya lantaran ingin berkomunikasi dengan anak-anak mereka yang menempuh studi di berbagai perguruan tinggi di Kota Ambon. Padahal pendapatan rumah tangga di desa ini hanya bersumber dari hasil bumi, berupa pertanian dan perkebunan yang waktu panennya tidak setiap bulan.
Tetapi sebenarnya bukan harga pulsa alias voucher-nya yang mahal, tetapi ongkos ke ibu kota kecamatan.
"Rp1 juta itu bukan harga voucher, tapi biaya transportasi laut yang dipakai penduduk ke ibu kota. Karena kan di Desa Osong tidak ada sinyal, jadi kalau untuk menelepon mesti ke sana. Nah, ongkos untuk satu kali naik kapal Rp500 ribu, jadi kalau pulang pergi jadi Rp1 juta. Sementara harga voucher Rp10 ribu tetap Rp12 ribu (Telkomsel)," kata Idrus Wakano, petugas program pemberdayaan di desa tersebut kepada VIVA.co.id, di Ambon, Minggu, 6 Maret 2016.
Idrus menggambarkan kondisi Desa Osong memang sangat terisolir. Jangankan tower pemancar sinyal, sejak SBT dimekarkan 13 tahun silam, tidak ada aliran listrik, jalan aspal, jembatan dan sangat jarang tersentuh pembangunan.
Walaupun demikian, para orangtua di desa tersebut mengaku tidak putus asa untuk menyekolahkan anak-anak mereka di berbagai perguruan tinggi ternama yang ada di sejumlah kota-kota besar.
"Para orangtua Desa Osong ingin anak-anak mereka berhasil dan kembali membangun desa mereka," beber Idrus.