Memprihatinkan, Seluruh Alat Deteksi Tsunami Indonesia Rusak
- ANTARA FOTO
VIVA.co.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis guncangan gempa bumi berkekuatan 8,3 Skala Richter di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, dengan lokasi gempa berada di 5.16 LS, 94.05 BT atau sekitar 682 kilometer Barat Daya Kepulauan Mentawai, Rabu malam, 2 Maret 2016.
Gempat yang terjadi berpotensi tsunami. Tapi kemudian informasi itu dimutakhirkan, bahwa gempa yang melanda berkekuatan 7,8 SR. Setelah satu jam, ancaman tsunami berakhir dan dicabut. Ancaman tsunami diperoleh BMKG dari alat pendeteksi tsunami atau Buoy milik Australia yang berada di selatan Kepulauan Mentawai.
Menurut Kepala Pusat Data Informsi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulan Bencana (Kapusdatin BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, Indonesia sebenarnya telah memilik 22 Buoy (mesin deteksi tsunami) namun saat ini seluruh alat itu dalam kondisi rusak.
"Indonesia punya 22 Buoy. Tapi rusak semua. Tidak ada anggaran untuk melakukan perawatan," ujar Sutopo di Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Kamis 3 Maret 2016.
Ditambahkan Sutopo, ditariknya ancaman potensi tsunami juga dilakukan setelah mendapat informasi dari Bouy milik Australia yang berada di selatan Kepulauan Mentawai.
"Di sisi selatan Mentawai ada Pulau Cocos, Australia. Di situ ada satu Buoy milik Australia," katanya.
Buoy milik Indonesia yang saat ini tidak berfungsi disebabkan karena Pemerintah Indonesia tidak pernah memberikan anggaran untuk melakukan perawatan pada Buoy. Selain itu, Buoy rusak karena ulah masyarakat terhadap mesin seharga Rp4-8 miliar.
"Banyak tangan-tangan vandalisme yang merusak Buoy di lautan. Contohnya yang di Laut Banda. Warga banyak mengambil sensor, lampu, dan alat-alat pada Bouy," ujarnya.
Karena itu, BNPB minta agar Pemerintah serius memerhatikan masalah tersebut, mengingat Buoy sangat berguna untuk mendeteksi apakah suatu gempa berpeluang tsunami atau tidak.
Selain itu, selama Buoy milik Indonesia rusak, katanya, ada lima Buoy milik negara lain yang berada di sekitar Indonesia, yang memberikan sumbangsih pada pendeteksian dini ancaman tsunami di Indonesia.
"Satu unit di barat Aceh milik India, 1 unit di Laut Andaman milik Thailand, 2 unit di Selatan Sumba dekat Australia, dan 1 unit di utara Papua milik Amerika," katanya.