Puan Maharani Janji Kaji Edaran KPI Soal Pria 'Melambai'
- VIVA.co.id/D.A Pitaloka
VIVA.co.id – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani berencana untuk mengkaji surat edaran yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia mengenai pria yang bergaya kewanitaan di televisi.
Pada 23 Februari 2016 KPI mengeluarkan surat edaran bernomor K/KPI/02/16 yang mengatur secara rinci tentang larangan pria yang kewanitaan muncul dalam siaran televisi.
"Kita akan mengkaji hal tersebut," kata Puan di Malang, Sabtu 27 Februari 2016.
Terdapat tujuh poin muatan yang dilarang muncul di televisi, antara lain penampilan pria dengan gaya pakaian kewanitaan, bahasa tubuh kewanitaan, gaya bicara kewanitaan, menampilkan muatan pembenaran dan promosi seorang pria untuk berperilaku kewanitaan, menampilkan sapaan terhadap pria dengan sebutan yang diperuntukkan wanita, dan larangan menampilkan istilah dan ungkapan khas yang sering dipergunakan kalangan pria kewanitaan.
“Apakah semua itu harus diatur sedemikian rigid (kaku),” katanya.
Surat edaran tersebut dianggap komunitas seniman dan budayawan di Malang membatasi kreasi dan mengancam keberlangsungan sejarah dan budaya lokal di Malang.
Dwi Cahyono Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Jawa Timur (BPPD) mengatakan Jawa Timur memiliki kesenian tradisional Ludruk yang seluruh pemainnya adalah pria yang berdandan menjadi wanita, lengkap dari baju yang digunakan, penampilan cara bertingkah dan cara berbicara.
"Ludruk itu ada di Malang dan di sebagian wilayah lain di Jawa Timur. Semua pemain dalam ludruk adalah pria. Saya tidak setuju edaran itu, tradisi itu bagian dari kekayaan budaya kita,” kata Dwi.
Munculnya surat edaran dari KPI tersebut bisa berdampak buruk pada perkembangan dan kelestarian budaya ludruk. Meskipun saat ini tak banyak ludruk yang tampil di televisi, namun diakuinya, televisi bisa jadi salah satu media edukasi budaya tradisional yang bisa dinikmati siapapun dengan gratis.
"Melihat di televisi berbeda dengan melihat langsung, meskipun lebih menarik jika melihat langsung namun televisi tetap bisa menjadi media edukasi tentang budaya," katanya.
Menurutnya, pihaknya akan membahas surat edaran yang juga dianggap diskriminatif tersebut bersama sejumlah budayawan dan seniman di Jawa Timur. "Dalam waktu dekat kami akan berkumpul dan menyusun langkah tentang surat edaran tersebut,” ujarnya.
Ludruk adalah kesenian yang tumbuh di sekitar era perjuangan melawan Belanda. Kesenian tersebut ada di sekitar Malang dan daerah Jawa Timur lain dalam bentuk opera yang menggunakan lakon pejuang.
Saat ini ludruk tetap menjadi salah satu kesenian tradisional meskipun kisahnya mengikuti perkembangan jaman dan menjadi salah satu kesenian yang sering digunakan untuk mengkritik.
"Dari awal semua pemainnya pria karena sejarahnya jaman dahulu, di era Belanda, wanita tak bebas keluar malam. Pemain ludruk juga bertaruh keselamatan karena mereka mengkritik pemerintah lewat kesenian," jelasnya.