Kepala BNPT: Delapan Akar Masalah sebab Teroris Bertahan

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Saud Usman Nasution.
Sumber :
  • Antara/ M Agung Rajasa
VIVA.co.id - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Inspektur Jenderal Polisi Saud Usman Nasution, menyebut ada delapan akar masalah mendasar yang menjadi sebab terorisme berkembang di Indonesia.
Gelar Operasi Antiteror, Polisi Kanada Lumpuhkan Tersangka
 
Kedelapan masalah itu ialah kebencian, ketidakadilan, diskriminasi, dendam, kesenjangan sosial, kemiskinan, kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat, dan ideologi kekerasan.
Tiga Menyerah, Kelompok Santoso Tersisa 16 Orang
 
Terorisme atau potensi ancaman gangguan keamanan tak bisa ditanggulangi dengan pendekatan hukum dan militer semata jika kedelapan akar masalah mendasar itu tak diselesaikan. Kelompok-kelompok teror atau radikal bakal terus tumbuh silih-berganti sebagai bentuk protes atas ketidakadilan.
Polisi: Moril Kelompok Santoso Mulai Jatuh
 
Saud mencontohkan konflik berdarah di Ambon tahun 1999 dan separatisme di Aceh sepanjang pemerintahan Orde Baru. Permasalahan itu memunculkan kelompok-kelompok radikal, yang merasa sebagai bagian dari yang dizalimi.
 
"Seperti (gangguan keamanan di) Poso, tidak bisa hanya menangkap Santoso. Sepanjang masalah itu tidak selesai, maka akan bermunculan Santoso baru,” kata Saud dalam sebuah dialog tentang Deradikalisasi dan Ancaman Terorisme di Makassar, Sulawesi Selatan, pada Jumat, 26 Februari 2016.
 
Ia mencontohkan juga seorang pegawai eselon dua di Batam, Kepulauan Riau, yang bergabung dengan kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan kini diketahui berada di Suriah. Seorang polisi di Batanghari, Jambi, juga bergabung dengan ISIS namun telah ditembak mati.
 
Penanganan kasus-kasus semacam itu tak hanya dapat diselesaikan dengan pendekatan hukum, melainkan juga dengan kebudayaan dan kemanusiaan. Dia mengimbau masyarakat agar lebih meningkatkan kewaspadaan dan tidak mudah terpengaruh gerakan ekstremis.
 
"Melakukan deteksi dini, termasuk melibatkan semua BIN (Badan Intelijen Negara) dan jajarannya, intelijen yang masing-masing ada dalam kelembagaan, termasuk memanfaatkan RT/RW dan Babinsa serta Babinkamtibmas," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya