Menggerutu Rp200 untuk Kantong Plastik

Pesan diet kantong plastik di pusat perbelanjaan.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA.co.id – Pemerintah akhirnya mulai mengujicobakan di 22 kota besar di Indonesia. Kini konsumen yang belanja di toko ritel moderen dikenakan biaya minimal Rp200 untuk satu kantung yang digunakan.

DPRD DKI Usul Kantong Berbahan Singkong Pengganti Plastik

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meyakini langkah ini mampu merubah kebiasaan dan menekan volume secara bertahap.

Sejauh ini, sejumlah masyarakat masih dibuat kebingungan dengan program ini. Beberapa bahkan menggerutu, dan menganggap bahwa memang sudah menjadi hak mereka saat berbelanja.

Geger Info Belanja Masih Pakai Kantong Plastik Denda Rp250 Ribu

Namun beberapa lagi memilih diam dan rela merogoh kocek. Sementara sisanya kini mulai beralih membiasakan diri membawa kantong belanja sendiri saat berbelanja di toko atau pusat ritel.

Lantas pantaskah harga Rp200 untuk sebuah ? Sebelum itu, mari simak sejumlah data dan fakta berikut ini.

DKI Klaim 97 Persen Pelaku Usaha Tak Pakai Kantong Plastik

Laporan Direktorat pengelolaan Sampah KLHK, dalam setahun total sampah nasional Indonesia mencapai 64 juta ton atau sekira 175.000 ton per hari dengan 14 persen diantaranya adalah .

Dari jumlah itu, dipastikan setiap kepala orang di Indonesia pasti menghasilkan sampah sekurangnya 0,7 kilogram per harinya atau hampir dua kali lipat dari jumlah konsumsi beras per rumah tangga.

Diprediksi, tanpa pengolahan yang baik, maka pada tahun 2019, produksi sampah di Indonesia bisa menembus 67,1 juta ton atau kalau dibayangkan dengan jumlah ini akan cukup untuk menutup Selat Sunda jika itu diproduksi terus per tahun.

Hanya 25 Menit

Dari sebuah penelitian, rata-rata yang digunakan, umumnya hanya berumur 25 menit. Setelah itu terbuang tak berguna dan berakhir di tempat pembuangan sampah atau selokan.

Sebuah , sangat sulit untuk diurai kembali oleh alam. Setidaknya satu membutuhkan waktu hingga 500 tahun baru bisa diurai. Bisa dibayangkan, jika ini terjadi pada jutaan ton plastik per tahun.

Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengurainya. Cukupkah bumi menampung sampah ini agar bisa terurai sesuai jadwalnya? Rasanya saat ini masih sulit untuk dijawab.

Indonesia pada tahun 2010, pernah tercatat sebagai negara terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok yang membuang di laut sebanyak 1,29 juta ton. Bahkan, Indonesia diprediksi jika tanpa penanganan akan bisa membuang sampah plastik ke laut sebanyak 8 juta ton per tahun pada tahun 2025.

Atau dengan kata lain, setiap tiga ton ikan di perairan Indonesia, maka akan ada satu ton yang juga bisa diraup.

"Konsumsi di Indonesia tergolong sangat rakus. Yakni 9,8 miliar bungkus per tahunnya. Alias nomor dua di dunia setelah China," kata Ketua Harian Yayasan lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, Minggu, 21 Februari 2016.

Cukupkah Rp200?

di Indonesia memang masih belum menyeluruh dan bersifat uji coba. Sejumlah orang memang sudah menggerutu soal ini. Maklum, selama ini plastik gratis dan bisa didapat dengan mudahnya.

Harga sebuah yang diatur pemerintah sejauh ini menerapkan harga minimal Rp200. Tentu angka ini jauh lebih murah dari biaya ke toilet atau parkir dari sebuah kendaraan. Bahkan harga ini jauh sangat lebih murah dari sebuah makanan yang dijajakan di sebuah gerobak di pinggir jalan.

Persoalannya bukan pada rupiah yang harus dikeluarkan. Tapi tentang kesadaran bahwa kerusakan lingkungan yang ditimbulkan disadari atau tidak oleh manusia, harus ada kompensasinya. Rp200, bisa jadi kecil atau pun bisa juga besar bagi orang yang memang memperhitungkan rinci uang mereka. 

disadari atau tidak telah mengubah segalanya. Ini soal bagaimana membayar 'sewa' dari bumi yang telah dihuni manusia sejak lahir. 

"Intinya adalah bagaimana mengubah perilaku masyarakat untuk tidak banyak menggunakan . Dengan dilakukan berbayar, harapannya masyarakat akan bisa mengurangi penggunaan ," kata Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Novrizal Tahar.

Ilustrasi termos/tumbler.

Peringati Hari Bumi, Yuk Jalani 4 Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Bumi adalah rumah yang kita generasi penerus, anak, cucu kita. Sebagai penghuninya, kita semua memiliki pinjam untuk diwariskan.

img_title
VIVA.co.id
22 April 2021