Alasan Lulusan Madrasah Sulit Masuk UGM
- U-Report
VIVA.co.id – Setiap tahun Madrasah Aliah (MA) “menelurkan” tak kurang dari 3.000 lulusan. Namun, masih sangat minim jumlah yang diterima di perguruan tinggi negeri (PTN), termasuk di Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai salah satu PTN favorit di Yogyakarta. Bahkan, pada 2013, tak satu pun lulusan MA yang bisa "menembus" UGM melalui jalur prestasi.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, DI Yogyakarta, Baskoro Aji mengatakan, tidak diterimanya lulusan MA di UGM, karena nilai indeks sekolah MA memang relatif rendah dibandingkan SMA lainnya. Sehingga, PTN itu tidak bisa menerima mahasiswa dari MA melalui jalur prestasi, atau yang dulu dikenal dengan jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) tersebut.
"Misalnya, nilai 9 di sekolah MA itu nilai indeksnya berbeda dengan SMA negeri, atau swasta di Yogyakarta," kata Baskoro Aji di Yogyakarta, Kamis 25 Februari 2016.
Diakuinya, nilai indeks sekolah tersebut hanya bermasalah di UGM, tidak demikian dengan PTN lainnya di Indonesia. Karena itu, perlu dilakukan koordinasi dengan pihak UGM. Namun, setelah 2013, masalah itu sudah selesai karena indeks nilai sekolah sudah menyesuaikan.
Secara umum, kata dia, memang belum terlalu banyak lulusan MA yang meneruskan ke PTN seperti yang diharapkan. Bahkan, tak banyak yang melanjutkan ke perguruan tinggi keagamaan seperti UIN Yogyakarta sekali pun.
"Justru, banyak lulusan MA yang melanjutkan ke PTN umum dan swasta karena berbagai pertimbangan," kata dia.
**
Sebelumnya, Kepala Bidang Madrasah Kantor Wilayah Kementerian DI Yogyakarta, Nur Hamid mengatakan kecewa, karena lulusan MA susah diterima di UGM melalui jalur prestasi. Karena itu, pihaknya kini menggalang kerja sama dengan universitas-universitas di Jepang.
"Ya, mulai sudah diterima, namun tidak sebanyak yang diharapkan. Begitu juga perguruan tinggi negeri lain di luar Yogyakarta," kata Nur Hamid soal UGM hari ini.
Sementara itu, Kepala Humas UGM, Iva Avriani mengatakan, minimnya angka lulusan MA yang masuk UGM, disebabkan selektivitas yang cukup tinggi. Alhasil, program studi yang dipilih para calon mahasiswa tersebut kerap tak sesuai dengan tingkat kemampuannya.
"Sebenarnya, penyebab tidak diterimanya bukan itu," kata Iva menjawab anggapan bahwa UGM tidak "ramah" terhadap lulusan MA.
UGM, menurutnya, memiliki standar dan tidak melakukan pembedaan.
"Tetapi, karena pilihan program studi dengan tingkat selektivitas tinggi dan tidak sesuai dengan kemampuan siswa," tambah Iva. (asp)