Menteri LHK Khawatirkan Kebakaran Hutan di Papua
- ANTARA FOTO/FB Anggoro
VIVA.co.id – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan, titik api atau hotspot akibat kebakaran hutan dan lahan di Papua mulai mengkhawatirkan. Alasannya, saat hotspot akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang marak terjadi 2015 lalu mulai berkurang, di Papua malah muncul.
"Yang mengkhawatirkan adalah Papua yang tahun lalu masih kosong, sekarang sudah 300 sampai 500-an (hotspot)," ujarnya usai pelantikan pejabat Badan Restorasi Gambut (BRK) di Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Jumat, 19 Februari 2016.
Ia menyebutkan, mulai Januari 2016, data menunjukkan, kondisi hotspot di Riau berkurang drastis, dari sekitar 190 menjadi 30 sampai 60 titik. Lalu di Jambi, dari sekitar 160 hotspot menjadi hanya satu hingga dua titik.
"Di Papua waktu terjadi kebakaran di akhir Januari, saya sudah kirimkan tim," katanya menambahkan.
Berdasarkan temuan timnya, Siti menjelaskan, meningkatnya hotspot di Papua disebabkan perilaku masyarakat setempat dan bukan korporasi. Tujuannya, agar hewan ternak mereka bisa makan rumput di tempat yang sudah dibakar.Â
Ia menambahkan, pemerintah harus mempertegas kontrol mengenai pembakaran lahan, karena Undang-undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, masih memperbolehkan tindakan ini.
"Gambut tidak boleh (dibakar), di tempat lain harus ada batasan yang clear. Ada peraturan daerah. di Jambi tidak dikasih (pembakaran lahan), beberapa daerah kasih, karena di undang-undang boleh, jadi tergantung kekuatan mengontrol."
(mus)