Aceh Diterjang Banjir, Ribuan Warga Mengungsi
- Zulfikar Husein /ACEH VIVA
VIVA.co.id - Banjir yang terjadi di 8 kecamatan di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, Jumat kemarin menyebabkan ribuan rumah terendam. Akibatnya, ribuan warga terpaksa mengungsi ke sejumlah fasilitas publik seperti rumah ibadah hingga pos jaga.
“Semuanya mengungsi, karena hampir tidak ada rumah yang tidak terendam oleh banjir. Jadi warga kami mengungsinya ke meunasah, masjid, ada juga yang mengungsi ke pos jaga,” ujar Safriadi, Kepala Desa, Janggoet Seungko, Kecamatan Jeunieb, Bireuen, kepada VIVA.co.id, Sabtu, 13 Februari 2016.
Sementara ini, warga yang mengungsi membuat dapur umum secara swadaya di dekat pos jaga. Menurut Safriadi, pengungsi kekurangan makanan dan juga mulai membutuhkan obat-obatan. Kata dia, banyak warga terutama anak-anak mulai terserang gatal-gatal.
“Bantuan juga swadaya masyarakat di sini, sumbangan masyarakat, inipun tidak cukup. Kami masih butuh bantuan, anak-anak juga mulai gatal-gatal akibat mandi air banjir,” kata Safriadi.
Hingga hari ini menurutnya, banjir terlihat sudah lebih surut dari kemarin. Namun katanya, ketinggian air masih mencapai 80 sentimeter hingga 100 sentimeter. Sejumlah warga masih bertahan di pengungsian.
Seperti diberitakan sebelumnya, sedikitnya delapan kecamatan di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh terendam banjir, Jumat, 12 Februari 2016. Banjir terjadi akibat luapan sejumlah sungai setelah kabupaten tersebut diguyur hujan lebat selama enam jam.
Pantauan VIVA.co.id, ketinggian air di delapan kecamatan itu bervariasi mulai 1 hingga 2 meter. Kecamatan yang terendam adalah Kecamatan Peusangan, Kota Juang, Kuala, Peulimbang, Jeunieb, Pandrah, Peudada, dan Samalanga.
Akibat banjir tersebut, ribuan rumah warga, rumah ibadah, sejumlah ruas jalan lintas provinsi serta fasilitas publik lainnya tidak bisa berfungsi normal. Selain itu, ribuan jiwa terpaksa mengungsi akibat rumah mereka terendam air.
Sejumlah sekolah, pesantren dan kantor Kecamatan Jeunib juga tak luput dari terjangan banjir. Fasilitas kantor dan sekolah terlihat mengapung dalam genangan air. Bahkan dua pesantren terisolir dari lingkungan luar, akibat jembatan akses ke pesantren rusak parah.