Aksi Teror Pembakaran Rumah Hantui Warga Buru Selatan
- Pixabay
VIVA.co.id – Aksi teror berupa penyerangan dan pengrusakan rumah warga di Kecamatan Ambalauw, Kabupaten Buru Selatan, Maluku, menghantui warga setempat. Sejumlah warga pun mulai mengungsi ke Ibu Kota Buru Selatan, Namrole, untuk menghindari ancaman korban jiwa.
Pengakuan warga, rumah-rumah mereka dibakar orang tidak dikenal dan sebagian lagi dilempari batu hingga merusak kaca dan pintu.
"Peristiwa perusakan sudah terjadi sejak 14 Desember lalu usai penghitungan di PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan)," kata warga Desa Siwa Mustakin, Senin, 8 Februari 2016.
Menurut Mustakin, penyebab penyerangan ini diduga sebagai buntut ketidakpuasan terhadap hasil Pilkada serentak pada 9 Desember 2015.
Di mana di wilayah ini, saat pilkada diikuti oleh dua pasangan calon yaitu, Tagop Soulissa-Ayub Saleky dan pasangan Rifai Fatsey-Anton Lesnusa. Dari hasil penghitungan diketahui pasangan Tagop-Ayub berhasil memenangkan pilkada.
Namun kemudian digugat oleh pasangan Rifai-Anton. Dan hingga kini belum ada putusan terkait. Lalu terkait dengan Kecamatan Ambalauw, wilayah ini merupakan basis pendukung dari Rifai-Anton.
"Pengungsi yang sekarang di Namrole itu berjumlah 795 jiwa. Mereka masih bertahan di Namrole karena terus diancam, dan takut kembali ke rumah-rumah mereka jika tidak ada jaminan keamanan," ujarnya.
Taha Saliuw, warga dari Desa Elara juga menyesalkan sikap aparat kepolisian dari Polres Pulau Buru, dan Polsek Namrole yang tidak memproses atau menangkap para pelaku perusakan dan pembakaran, sehingga aksi kekerasan masih terus terjadi.
"Mestinya pihak kepolisian memberikan kepastian hukum, supaya tidak ada lagi yang seenaknya saja main hakim sendiri dan membakar rumah kami. Jika aparat tegas menegakan hukum, warga akan takut membuat tindakan krimal seperti yang terjadi kemarin," sesal Taha.