Kisah Polisi Ungkap Pembunuh Janda Berbekal Suara Sapi
- Reuters
VIVA.co.id - Kondisi Tempat Kejadian Perkara (TKP) sangat menentukan terungkapnya suatu kasus pembunuhan yang minim petunjuk. Ketika TKP rusak atau luas, tentu butuh waktu berhari-hari mengungkapnya.
Bahkan, terkadang visualisasi secara ghaib dilakukan oleh anggota identifikasi untuk mengungkap kasus dengan TKP semacam itu.
Salah satu kasus pembunuhan yang memakan waktu lama dan membutuhkan visualisasi ghaib ialah kasus pembunuhan janda muda di salah satu kecamatan di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, pada Oktober 2013 silam.
"Nama korban SM, waktu itu usianya 27 tahun," kata Ajun Inspektur Satu (Aiptu) Pudji Hardjanto, anggota Identifikasi Polrestabes Surabaya, Kamis 4 Januari 2016.
Waktu itu, cerita Pudji, ia tengah bertugas pengamanan demonstrasi di Gedung Grahadi Surabaya. Tiba-tiba dia menerima telpon dari Wakapolres Nganjuk saat itu, Komisaris Polisi Aditya. "Setelah izin pimpinan, saya berangkat ke Nganjuk dan sampai di sana saat siang," tandasnya.
Sesampai di TKP, warga sudah berkerumun mensesaki sekitar lokasi. Korban ditemukan tanpa nyawa dengan luka di kepala, leher, pipi, dan kelamin, di sebuah kebun terbuka di sisi utara rumahnya. "TKP sudah rusak karena banyak warga menonton," kata Pudji.
Kebun tempat ditemukannya korban penuh dengan semak dan belukar. Ditemani anggoya Polres Nganjuk dan warga sekitar, Pudji lalu mulai mengamati semua benda yang ada di TKP sedetil dan secermat mungkin.
Hingga sore, Pudji tidak menemukan petunjuk seperti apa korban dibunuh, apalagi menemukan pelakunya. "TKP-nya rusak parah dan luas," tandas Pudji.
Penyelidikan juga sulit karena tidak ada satu pun saksi mata. Sebab, korban dinyatakan hilang sejak subuh. Oleh keluarganya, korban biasanya diketahui ke kamar mandi di belakang rumah usai subuh. Tapi waktu itu tidak ada. Setelah dicari, korban ditemukan tanpa nyawa di kebun 200 meter dari rumah.
Karena olah TKP berulang-ulang gagal, Pudji lantas meminta rekonstruksi olah TKP. Ia juga meminta warga yang menonton ketika awal korban ditemukan. Warga diminta untuk berdiri di titik awal mereka berada saat menonton. "Dengan begitu saya bisa melokalisir TKP," katanya.
Kendati belum menemukan petunjuk signifikan, tapi TKP mulai terpantau. Pudji lalu memutuskan untuk melakukan olah TKP tengah malam, sekitar pukul 23.30 WIB. Di TKP, Pudji mengaku hanya ditemani seorang anggota Polsek setempat. "Saya ingin merasakan suasana malam seperti saat peristiwa terjadi," katanya.
Sebelum olah TKP, saya minta disediakan 'uberampe'. Pudji dikira meditasi, tapi sebenarnya dia mengaku 'olah kebatinan'. Sambil duduk Pudji mengamati semua lokasi kejadian, sambil membayangkan sebagai korban saat pergumulan dengan pelaku terjadi.
"Sebuah visual mulai mondar-mandir di pikiran. Masa dimana SM dibunuh tergambar," kata Pudji. "Dari situ saya lalu memperhatikan tumbuhan dan rumput sekitar lokasi. Saya menemukan rumput berdiri tak selaras. Ada juga tumbuhan yang patah. "Saya menganalisis dari arah mana pelaku dan korban datang lalu bertemu."
Pudji menemukan petunjuk. Ia lalu ke kamar mandi rumah korban, di situ ditemukan satu sandal korban. Dari situ dia menemukan visualisasi ghaib, korban dihampiri pelaku di kamar mandi yang terpisah dari rumah. Karena ketakutan, korban lari dan tertangkap pelaku 50 meter dari kamar mandi. "Di lokasi korban tertangkap pelaku. Satu sandal lainnya ditemukan."
Dari titik itu, lanjut Pudji, dia melihat rerumputan patah lurus hingga ke lokasi korban ditemukan. Visualisasi ghaibnya menggambar, korban diseret setelah tidak berdaya ke tempat gelap. Korban lalu dianiaya dengan senjata tajam.
Pelaku terungkap setelah Pudji kembali ke sekitar kamar mandi korban. Di dekat itu ada kandang sapi. Saat ia di sana, sapi gelisah dan bersuara. Menurutnya, itu reaksi hewan ketika melihat orang asing. "Saya langsung berpikir, pelakunya orang dekat korban. Karena sapi tidak akan gelisah kalau melihat orang yang biasa dilihat," tandasnya.
Pelaku akhirnya terungkap. Ia adalah tetangga korban. Motifnya saat itu diduga soal asmara. Pelaku menyangkal, meski di kakinya terdapat goresan luka duri, yang sama polanya dengan goresan duri bambu yang sengaja dibuat Pudji saat olah TKP. Pelaku baru mengakui setelah ada hasil Labfor Polda Jatim.
Pudji mengatakan, visualisasi ghaib peristiwa muncul ketika rangkaian petunjuk satu dengan lainnya terkumpul. Atau, bisa pula petunjuk lain bisa ditemukan setelah visualisasi ghaib muncul dari petunjuk pertama ditemukan. Dari situ kronologi bisa dirangkai dan motif perbuatan pidana bisa diketahui.
"Nah, identifikasi itu menghubungkan petunjuk dan alat bukti di TKP yang ditemukan. Dalam kasus pembunuhan, pertama, identitas korban harus diketahui. Dari situ, pelaku bisa diketahui ketika petunjuk di TKP dengan peristiwa sebelum kejadian pidana dicocokkan. Peristiwa sebelum kejadian juga bisa mengungkap motif," pungkas Pudji. (ren)