Apes, Gara-gara KTP Hilang, Pria Ini Dikira Teroris
- VIVA.co.id/Dyah Ayu Pitaloka
VIVA.co.id - Warga Dusun Gobet, Desa Pondok Agung, Kecamatan Kasembon, Yayan Joko Wahyudi (25) sempat diduga sebagai anggota jaringan Santoso yang ditangkap Detasemen Khusus Anti Teror (Densus 88) di Kabupaten Luwu, Senin, 25 Januari 2016.
Polisi menemukan Kartu Identitas Penduduk (KTP) atas namanya. Faktanya, Yayan Joko warga Kasembon tak ditangkap Densus 88 dan tak terkait apapun dengan aktivitas Santoso.
Suyitno (52) orangtua Yayan menegaskan, anaknya saat ini berada di Kalimantan Timur dan sedang bekerja di sebuah perusahaan tambang Batubara. "Semalam masih telepon saya. Sekarang pun dia tetap bekerja di Kalimantan. Yayan anak saya tak pernah terlibat Santoso," kata Suyitno saat ditemui di kediamannya, Kamis, 28 Januari 2016.
Yayan lahir di Kasembon pada 2 November 1994. Sejak kecil, sulung dari tiga bersaudara itu tergolong anak yang patuh pada orangtua. Yayan merantau ke Kalimantan setelah menamatkan jenjang SMK di Jombang. "Tahun 2009 dia tamat SMK, tahun 2012 ikut tetangga saya yang punya perusahaan Batubara ke Kalimantan sampai sekarang," katanya menjelaskan.
Tahun 2015, Yayan baru saja melepas masa lajangnya. Istrinya baru tiga bulan lalu ikut diboyong Yayan ke Kalimantan. Namun kebahagiaan itu rusak setelah tersiar kabar keterlibatan Yayan dengan jaringan teroris Santoso. Kabar itu didengar adik laki-laki Yayan, Yusuf Dwi Ekadana yang tinggal di Surabaya. " Yusuf diberitahu tetangga mertuanya, katanya kakaknya ikut ditangkap karena terlibat jaringan Santoso. Tapi foto di televisi kok kurus dan ceking, itu bukan Yayan anak saya," ujarnya.
Saat itu pula Suyitno segera menghubungi Yayan di Kalimantan. Benar dugaannya, anaknya tidak mendengar informasi tersebut dan tetap bekerja dengan normal. "Entah kecopetan, entah terjatuh, dompet anak saya dengan KTP di dalamnya hilang. Mungkin saja KTP yang hilang itu ditemukan diantara barang milik teroris itu," kata Suyitno lebih lanjut.
Suyitno mengaku, mereka bahkan sampai mengadakan rapat di balai desa untuk membahas Yayan. "Kami sampai rapat di desa, kalau warga sini tahu Yayan orangnya tidak seperti di foto itu. Tapi kabar ini sudah menyebar kemana-mana. Saya tegaskan lagi, Yayan tidak ditangkap dan bukan teroris," katanya menegaskan.
Ngatemi, ibunda Yayan berharap keluarganya mendapat perlindungan aparat. Ia bahkan menolak memberikan foto Yayan pada wartawan. Ia khawatir, semakin banyak foto Yayan beredar, maka nasib anaknya semakin bahaya. "Anak saya sangat terkejut, tiba-tiba ada kabar ini. Kami minta dilindungi dari teroris," kata Ngatemi pada VIVA.co.id, Kamis, 28 Januari 2016.
Sementara Kapolsek Kasembon, AKP Janomber Sigalingging menyatakan, pihaknya terus memantau keluarga Yayan dan warga desa setempat. Hingga saat ini menurutnya tak ada pergolakan keamanan yang mengancam di desa setempat. “Kami terus memonitor dan melakukan koordinasi dengan aparat setempat. Sampai saat ini tidak ada masalah."
(mus)