Pemerintah Sindir Aktivis Mahasiswa Hanya Mau Jadi Politikus
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id - Wakil Presiden Jusuf Kalla membuka Kongres Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) ke-29 Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) ke-28, di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin, 25 Januari 2016.
Dalam sambutannya, Kalla menyindir para aktivis mahasiswa yang saat ini cenderung lebih bercita-cita menjadi seorang politisi bahkan pejabat.
"Saya selalu mendorong kepada mahasiswa untuk bergerak maju. Kalau semua berpikir menjadi politisi, anggota DPR dan bupati, sulit," kata Kalla, di hadapan ratusan aktivis PMKRI.
Kalla mengatakan, kemiskinan dan kesenjangan bisa diperangi dengan kerja keras. Untuk itu, ia lebih mendukung kalau ke depan muncul pengusaha-pengusaha muda.
"Kami mendorong agar timbul pengusaha-pengusaha muda yang baru," ujar tokoh yang juga menjadi Ketua Palang Merah Indonesia itu.
Kalla mengingatkan, banyak hal yang harus dipersiapkan untuk menghadapi tantangan ke depannya dibanding sekedar menjadi politisi atau pejabat. Dia melanjutkan, peran aktivis mahasiswa harus dikembalikan ke profesionalisme keilmuan yang dicapainya.
Apalagi, kini memasuki Masyarakat Ekonomi Asean atau MEA, yang menuntut profesionalisme dan kerja keras generasi muda.
"Tugas kita semua mempersiapkan diri dalam ilmu, teknologi dan pengetahuan lainnya untuk menjalankan pemerintahan ke depan. Semakin maju negara lain, kita harus perkuat pondasi kita. Memperkuat industri, informasi teknologi. Artinya, kembali lagi ilmu pengetahuan," jelasnya.
Ketua Umum PMKRI Lidya Natalia Sartono mengakui, saat ini banyak aktivis mahasiswa yang lari ke dunia politik. Namun, dia meyakinkan, PMKRI tidak seperti itu.
Buktinya, kata perempuan asal Kalimantan Barat ini, hampir tidak ada alumni PMKRI yang mengambil peran itu.
"Dengan MEA semua harus bisa lari pada profesionalisme akademisi. Meskipun mau ke politik, utamakan dulu profesionalisme," kata Lidya.