1.500 Warga Eks Gafatar Kembali ke Jateng
- VIVA.co.id/Aceng Mukaram
VIVA.co.id - Kepolisian Daerah Jawa Tengah menyebut sedikitnya 1.500 warga eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal Jawa Tengah akan dipulangkan dari Kalimantan Barat. Mereka segera dipulangkan ke kampung halamannya menggunakan kapal perang milik TNI Angkatan Laut.
Kepala Bidang Humas Polda Jateng, Kombes Pol. Aloysius Liliek Darmanto mengatakan, jumlah warga eks Gafatar asal Jawa Tengah cukup besar. Ia menyebut ada tiga kapal perang milik TNI Angkatan Laut yang akan mengangkut mereka dari Pontianak dan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.
"Jateng ternyata cukup besar. Diperkirakan 1.500 orang, termasuk bapak-bapak, ibu-ibu, dan anak-anak," kata Liliek dalam keterangan persnya di Mapolda Jateng, Rabu, 20 Januari 2015.
Liliek menjelaskan, tiga kapal perang TNI itu antara lain Kapal YMI, KRI Teluk Bone dan didukung KRI Gilimanuk. Diperkirakan kapal tersebut akan mulai merapat di Pontianak Minggu pekan depan, dan baru sampai di Semarang pada Rabu, 27 Januari 2016 mendatang. Setelah itu, mereka akan diberangkatkan ke daerahnya masing-masing di Jawa Tengah.
"Jadi sampai Semarang bukan Jumat besok. Tapi Rabu pekan depan," katanya.
Pemkot Surbaya Jemput Eks Gafatar
Dalam rombongan ini, diperkirakan juga ada anggota Gafatar yang berasal dari Surabaya, Jawa Timur. Pemkot Surabaya pun menyiapkan rencana untuk menjemput warga eks Gafatar tersebut.
"Nanti kami juga akan melakukan koordinasi dengan Pemprov Jatim, karena informasinya memang ada juga sekitar 80 orang warga Jatim yang ada di sana," kata Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Sumarno di Surabaya.
Penjemputan itu akan dilakukan melalui jalur darat. Setelah dilakukan penjemputan, Pemkot Surabaya juga akan memfasilitasi para warga eks Gafatar asal Surabaya untuk bisa kembali pada kehidupannya semula.
"Misalnya, kalau terkait dengan pemahaman keagamaan, nanti akan kami sertakan para ulama dari NU, Muhammadiyah, dan MUI," terang Sumarno.
Lalu, terkait dengan pekerjaannya, Pemkot Surabaya juga siap untuk menjembatani. "Misalnya, mereka yang sebelumnya sudah lama meninggalkan pekerjaannya, akan kita bantu berbicara dengan pimpinannya," tutur Sumarno.
Meski demikian, upaya yang dilakukan Pemkot Surabaya itu juga bergantung pada keinginan warga eks Gafatar itu, untuk kembali pada lingkungan masyarakat. "Kita juga tidak bisa memaksanya, tapi kami akan terus melakukan langkah persuasif agar mereka mau kembali seperti semula," kata Sumarno.
Sebelumnya, terjadi pembakaran terhadap perkampungan warga yang menjadi anggota Gafatar, di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Di antara mereka juga terdapat warga Surabaya, yang hingga saat ini jumlahnya dipastikan dua orang. Mereka berinisial AR, dan SC.