‘Iron Man’ Bali Pantang Putus Asa, Kecuali pada Pemerintah
Rabu, 20 Januari 2016 - 16:11 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Bobby Andalan
VIVA.co.id - Pria bernama I Wayan Sumardana kini menjadi perhatian publik nasional setelah hampir semua media massa mengeksposnya. Musababnya, dia telah memodifikasi tangan kirinya yang lumpuh dengan seperangkat robot.
Sumardana berprofesi sebagai pekerja las. Perangkat robotnya dirakit dari barang-barang rongsokan sisa atau bekas pekerjaan lasnya. Dia bentuk sedemikian rupa demi menggerakkan tangannya yang lumpuh. Perangkat itu dikendalikan dengan pikirannya melalui perangkat lain sebagai sensor.
Pria warga Kabupaten Karangasem, Bali, itu kini dijuluki manusia robot. Sebagian yang lain menyebutnya Iron Man, tokoh superhero dalam film fiksi Hollywood, dalam dunia nyata; Iron Man dari Bali.
Sumardana mengaku bahwa dia sesungguhnya sempat berharap tangannya yang lumpuh kembali normal. Tapi harapan itu tak pernah menjadi kenyataan. Dia pun memutuskan tak lagi berharap ada mukjizat tangan kirinya lalu menggagas merancang perangkat robot.
Bapak tiga anak itu pun dahulu sempat berharap bantuan pemerintah, sedikitnya untuk biaya pengobatan atau sekadar bantuan modal bagi usaha bengkel lasnya. Tapi harapan itu tak pernah terwujud. Dia kapok alias jera berharap pada pemerintah.
"Saya dikasih (bantuan) atau tidak, tak masalah. Dikasih, saya terima. Tidak (dikasih), juga tak apa. Saya masih bisa bekerja meski masih dalam keadaan seperti ini," ujarnya saat ditemui VIVA.co.id di bengkelnya di Desa Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Rabu, 20 Januari 2016.
Sumardana seolah sanggup hidup mandiri tanpa dibantu pemerintah. Dia hanya memohon kepada pemerintah agar memperhatikan warga miskin di sekitarnya yang jauh lebih membutuhkan bantuan. Menurutnya, mereka sesungguhnya pintar namun tak dapat berkembang atau berdaya karena keterbatasan ekonomi.
Dia mengetahui masih terlalu banyak warga miskin yang perlu dibantu pemerintah. Tetapi pemerintah setempat seolah menutupi kenyataan itu dan menganggap tak ada masalah.
Sumardana mengaku diperintah seseorang yang diduga aparatur pemerintah agar mengusir wartawan yang belakangan sering mendatangi bengkel kerjanya. Dia menolak mengusir karena tak ada alasan pembenar untuk itu. Tetapi dia menerka perintah itu untuk menyembunyikan fakta kemiskinan di kampungnya.
“Mungkin malu kemiskinan di Karangasem terungkap,” ujarnya.
“Saya tidak peduli. Faktanya demikian. Di kampung saya yang miskin dan pintar banyak, tapi mereka ditindas. Sistem kita masih kerajaan," katanya.
Sumardana mengingat dahulu pernah menerima bantuan sosial dari pemerintah tetapi jumlahnya dipotong alias disunat separuhnya. Di lain waktu dijanjikan bantuan atau program bedah rumah tetapi tak pernah terwujud sampai sekarang.
"Saya tanya soal bantuan itu, dijawab, saya katanya (dianggap) orang luar daerah. Giliran bantuan, saya dibilang luar daerah. Giliran urunan uang, saya dibilang orang dalam dan harus menyumbang," Sumardana berujar lugas.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Bapak tiga anak itu pun dahulu sempat berharap bantuan pemerintah, sedikitnya untuk biaya pengobatan atau sekadar bantuan modal bagi usaha bengkel lasnya. Tapi harapan itu tak pernah terwujud. Dia kapok alias jera berharap pada pemerintah.