Sumardana Akan Sempurnakan Diri Menjadi Robot
Kamis, 21 Januari 2016 - 06:05 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Bobby Andalan
VIVA.co.id - I Wayan Sumardana kini dijuluki manusia robot. Sejak mengalami kelumpuhan pada tangan kirinya, pria kelahiran 1984 itu mengubah sebagian tubuhnya dengan perangkat besi.
Ia kini dapat kembali bekerja normal sejak memasangkan alat yang dirakitnya dari barang rongsokan itu.
Kendati tangan kirinya dapat bekerja seperti sedia kala, Sumardana mengaku robot yang dipasang di tubuhnya belum sempurna, terutama di bagian jari tangannya. Ia kini berupaya menyempurnakan diri menjadi manusia robot.
"Kekurangannya di jari saja. Masih kurang alatnya, jadi belum sepenuhnya sempurna. Alatnya ada untuk menggerakkan jari," kata Sumardana saat ditemui VIVA.co.id di bengkelnya di Desa Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Rabu, 20 Januari 2016.
Menurut Sumardana, dua jari tangan kirinya, yakni jari manis dan kelingking, hingga kini belum bisa digerakkan. Dia kini masih mengandalkan tiga jari sisanya.
“Biasanya jari selalu berlima, ini cuma tiga. Kasihan yang dua," ujar bapak tiga anak ini.
Ia mengaku masih membutuhkan dana sekira Rp3 juta untuk menyempurnakan diri sebagai manusia robot. Dia sudah menaksir sedikitnya dibutuhkan sepuluh alat tambahan untuk menggerakkan semua jarinya. Masing-masing alat seharga Rp300 ribu.
Alat-alat itu, kata Sumardana, sesungguhnya yang paling murah. Ada yang lebih canggih dari itu, tetapi harganya tentu labih mahal.
"Saya mau menyempurnakan lagi alat robotik saya biar lebih maksimal. Saya sudah putus asa. Keajaiban (untuk sembuh) semakin ditunggu semakin tidak ada," ujar Sumardana.
Baca Juga :
Tangan Robot 'Iron Man' Bali Rusak
Ia pun berpesan kepada semua orang agar tak berputus asa menjalani hidup. Bagi mereka yang kini tengah menderita sakit, Sumardana berpesan agar tak menyerah.
"Berusaha bertahan hidup jangan bergantung pada orang lain. Itu saja kuncinya. Yang sehat juga harus terus bekerja," katanya.
Sumardana mengaku tak terlalu berharap banyak dengan bantuan pemerintah. "Saya dikasih (bantuan) atau tidak, tak masalah. Dikasih, saya terima. Tidak, juga tak apa. Saya masih bisa bekerja meski masih dalam keadaan seperti ini," ujar Sumardana.
Dia hanya memohon kepada pemerintah agar memperhatikan warga miskin di sekitarnya yang jauh lebih membutuhkan bantuan. Menurutnya, mereka sesungguhnya pintar, namun tak dapat berkembang atau tak berdaya karena keterbatasan ekonomi.
Ia pun seperti tak lagi memiliki harapan kepada pemerintah. Sejak mengidap kelumpuhan, tak ada perhatian sedikit pun dari pemerintah. "Begitu saya sudah terekspos, baru pada datang ke sini.”
Bahkan, Sumardana diminta agar mengusir wartawan yang datang untuk meliput dan mewawancarainya.
"Mungkin malu kemiskinan di Karangasem terungkap. Saya tidak peduli. Faktanya demikian. Di kampung saya yang miskin dan pintar banyak, tapi mereka ditindas. Sistem kita masih kerajaan," kata Sumardana.
Sumardana mengingat dahulu pernah menerima bantuan sosial dari pemerintah, tetapi jumlahnya dipotong alias disunat separuhnya. Di lain waktu dijanjikan bantuan atau program bedah rumah tetapi tak pernah terwujud sampai sekarang.
"Saya tanya soal bantuan itu, dijawab, saya katanya orang luar daerah. Giliran bantuan, saya dibilang luar daerah. Giliran urunan uang, saya dibilang orang dalam dan harus menyumbang," Sumardana berujar lugas. (ase)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Dia hanya memohon kepada pemerintah agar memperhatikan warga miskin di sekitarnya yang jauh lebih membutuhkan bantuan. Menurutnya, mereka sesungguhnya pintar, namun tak dapat berkembang atau tak berdaya karena keterbatasan ekonomi.