JK Akui Biaya Rp500 M Tidak Efektif Padamkan Kebakaran Hutan

Prajurit TNI kembali diterjunkan untuk penanganan kabut asap di Sumatera
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
VIVA.co.id
- Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pemaparannya terkait rapat koordinasi nasional kebakaran hutan dan lahan mengaku kalau peralatan canggih dan dana besar tidak menjamin bisa mengatasi masalah.


Belajar dari kebakaran hutan dan lahan pada 2015 lalu, Wapres JK mengatakan saat asap sudah tebal dan pemerintah langsung menyewa pesawat dengan harga mahal, tapi ternyata tidak efektif juga.


"Kenapa dengan Rp500 miliar, walaupun mahal tapi efektifnya kurang. Karena telanjur besar (apinya) baru datang. Ya,
nggak
bisa lah itu. (Jarak) pandangan mata sangat pendek hanya 100-200 meter, helikopter apapun, pesawat apapun tidak bisa terbang," ujar JK, di Istana Negara, Jakarta, Senin, 18 Januari 2016.


Untuk itu, dia menekankan perlunya kerja lebih awal. Jika ada potensi api, maka harus langsung dipadamkan tanpa harus menunggu banyak titik api.


"Mungkin saja ongkosnya agak lebih besar di awal, tapi ujungnya lebih simpel daripada pengalaman tiap tahun," kata JK.

Kebakaran di Portugal, Nasib WNI Terus Dipantau

Usaha yang dilakukan pada 2015 lalu adalah dengan melalui jalur udara yakni pesawat dan jalur darat. Namun, semua punya kendala, mengingat sebaran api yang banyak dan asap tebal yang membuat jarak pandang juga pendek.
Kebakaran Besar Melanda Portugal


Mengapa Praktik Bakar Hutan Berulang Lagi?
Menurut Wapres, selain dengan dua cara yang biasa dilakukan itu, cara lain yang patut terus dilakukan adalah dengan melakukan doa bersama.


"Doa untuk hujan itu kan selalu efektif juga untuk masyarakat," kata JK.


Di saat penanganan asap di Sumatera dan Kalimantan akhir 2015 lalu hampir tidak bisa diatasi, sejumlah warga melaksanakan salat meminta hujan. Usai itu, hujan lebat turun yang membuat upaya pemadaman sangat mudah, dan titik api berkurang drastis. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya