Gubernur Ganjar: Aktor Bom Sarinah Pernah di Jateng
Jumat, 15 Januari 2016 - 11:37 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan, ada jejak kegiatan Bahrun Naim di kawasan Jawa Tengah. Bahrun adalah sosok yang dituding menjadi otak bom bunuh diri di kawasan Sarinah, Jakarta, Kamis, 14 Januari 2016.
"Kita tahu, memang beberapa jejak sejarah Bahrun Naim ada di Jawa Tengah," kata Ganjar kepada wartawan di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 15 Januari 2016.
Ganjar mengakui, unsur musyawarah pimpinan daerah (Muspida) Jawa Tengah terus memantau gerakan ini. Seluruh unsur pemerintah daerah telah mengawasi pergerakan kelompok atau orang-orang yang dicurigai teroris.
Pemerintah Provinsi juga mendapatkan informasi akan ada aksi-aksi seperti yang terjadi di Jakarta. Namun waktunya memang tidak ada yang tahu. Informasi itu didapat jauh sebelum perayaan Natal 2015 dan Tahun Baru 2016.
"Ada beberapa kelompok yang menjadi perhatian, ada beberapa di Jawa Tengah, sudah kita tandai," katanya menambahkan.
Jawa Tengah, kata Ganjar, menjadi titik rawan dalam pergerakan kelompok teroris. Salah satunya adalah Nusakambangan. Bahkan, munculnya pelaku bom bunuh diri atau pengantin, dibaiat atau disumpah di tempat itu.
"Di beberapa penjara yang biasanya dipakai untuk membaiat itu sudah dalam kontrol kita. Makanya kita minta Menkumham ada baiknya frekuansi yang terlalu tinggi itu dibatasi, atau dibuat ruang-ruang transparan yang semua orang bisa melihat," katanya.
Dengan begitu akan terlihat segala aktivitas di dalamnya, sehingga bisa menghindari komuniksi antarpersonal yang menimbulkan pembaiatan pelaku bom bunuh diri.
"Bayangin, yang kemarin, bisa orang ditembakin seperti itu. Artinya, pemerintah harus lebih berani, lebih keras, saya kira seperti itu," ujar Ganjar.
Profil Bahrun Naim
Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, Inspektur Jenderal Tito Karnavian sebelumnya menyebut, pelaku bom bunuh diri di kawasan Sarinah adalah jaringan kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Karnavian, yang juga mantan Komandan Detasemen Khusus Antiteror 88 menjelaskan, kelompok ISIS telah meluaskan jaringan mereka ke seluruh dunia, termasuk ke kawasan Asia Tenggara. Perluasan jaringan itu adalah perintah pemimpin mereka, Abu Bakar al-Baghdadi.
Menurutnya, ISIS pada masa awal kemunculannya memang hanya beroperasi di Irak dan Suriah. Mereka belakangan mengubah strategi dengan meluaskan jaringan dan mendirikan cabang-cabang di seluruh dunia: di Eropa, Afrika, Asia, termasuk Asia Tenggara.
“Khusus di Asia Tenggara, Bahrun Naim, dia menjadi leader (pemimpin) ISIS di Asia Tenggara. Di Filipina sudah dideklarasikan,” katanya.
Para petinggi ISIS di Asia Tenggara, kata Karnavian, sedang bersaing memperebutkan pengaruh agar diakui layak memimpin. Maka, salah satu caranya, masing-masing yang bersaing melancarkan aksi teror. Bahrun Naim sudah memulai debutnya dengan meledakkan bom di Sarinah yang disebut paling besar.
Bahrun Naim sesungguhnya adalah pemimpin kelompok Daulat Islam (Islamic States/IS), jejaring ISIS. Kelompok ISIS, sesuai perintah pemimpin tertinggi mereka, Abubakar Baghdadi, meluaskan daerah operasi ke seluruh dunia sehingga disebutlah IS.
Multiplikasi sel-sel ISIS di Asia Tenggara terjadi di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand. Para pemimpin IS di negara-negara Asia Tenggara itu kini bersaing untuk bisa menjadi pemimpin wilayah.
Di Indonesia, Bahrun Naim memimpin jaringan IS dan membentuk Katibah Nusantara. Persaingan Bahrun adalah terutama dengan kelompok IS di Filipina Selatan. Aksi teror di Indonesia diduga menjadi salah satu cara Naim mengukir 'prestasi'.
Kepemilikan amunisi
Bahrun Naim pada 9 November 2010 ditangkap atas kepemilikian ratusan butir amunisi ilegal. Pengadilan Negeri Surakarta pada Juni 2011 menjatuhkan vonis penjara 2 tahun 6 bulan terhadap Bahrun Naim.
Setelah bebas, pada 2014 lalu, Bahrun pergi ke Suriah dan bergabung bersama militan ISIS yang bermarkas di Raqqa, yang diklaim sebagai wilayah Ibu Kota ISIS.
"Pesan kepada selnya untuk melakukan serangan, sasaran polisi, tempat berkumpulan orang barat dan komunitas lain. Saat itu serangan diperkirakan terjadi akhir tahun, Natal dan Tahun Baru," ujar Karnavian.
Polisi dibantu TNI kemudian merespons ancaman itu dengan memperkuat keamanan jelang perayaan Natal dan Tahun Baru, sembari memburu dan menangkap pihak-pihak yang diduga jaringan Bahrun Naim di Indonesia.
"Sehingga di akhir Desember lalu ada penangkapan di Bekasi, salah satunya orang Tiongkok dan Arif. Mereka ditangkap dan mengakui ada instruksi dari Bahrul Naim."
(mus)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Kepemilikan amunisi