Jokowi Tunjuk Adik Kelasnya Pimpin Badan Restorasi Gambut
- ANTARA FOTO/ Yudhi Mahatma.
VIVA.co.id - Melalui Peraturan Presiden, Presiden Joko Widodo membentuk Badan Restorasi Gambut (BRG), untuk mengembalikan lahan gambut yang terbakar beberapa waktu lalu sebesar dua juta hektare di Sumatera dan Kalimantan.
Jokowi menunjuk Nazir Foead (sebelumnya tertulis Nasir Fuad), sebagai Kepala BRG.
Walau masih banyak publik yang belum tahu siapa Nazir ini, tetapi Jokowi sudah sangat yakin dia bisa mengembalikan lahan gambut ini seperti semula.
"Saya memandang Nazir Foead memiliki kompetensi, pengalaman dalam melakukan restorasi hutan dan gambut. Terutama, kemampuan untuk koordinasikan dengan kementerian/lembaga dan jejaring lembaga internasional," kata Jokowi, dalam keterangan persnya di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu 13 Januari 2016.
Siapa sebenarnya sosok Nazir Foead, yang dipercaya oleh mantan Wali Kota Solo itu untuk memimpin badan yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden ini?
Dari biodata yang diserahkan ke pihak Istana, pria kelahiran Medan 6 Juni 1967 itu merupakan alumnus Universitas Gajah Mada. Strata 1 diambil Nazir, pada Fakultas Kehutanan bidang konservasi sumber daya alam.
Nazir adalah adik kelas Presiden Jokowi di universitas dan fakultas yang sama. Jokowi masuk UGM Fakultas Kehutanan tahun 1980 dan selesai 1985, sedangkan Nazir masuk pada 1985 dan lulus tahun 1992.
Dia menyelesaikan kuliah selama tujuh tahun, yakni dari 1985 sampai dengan tahun 1992. Ini, karena Nazir saat kuliah, sudah aktif di WWF-Indonesia.
Pada 1995, Nazir aktif di The Netherlands Forestry Ministry. Dan, tahun yang sama, menimba ilmu di University of Gottingen Jerman.
Pada tahun 1995 hingga 1996, Nazir belajar di Durrel Institute of Conservation and Ecologi di University of Kent United Kingdom. Pada 1997, di Indiana University USA, dan tahun 1998, di Smithsnonian Institute USA.
Pada 1992, Nazir bekerja di Yayasan FFW Indonesia. Dari 1992 hingga 1995, dia pernah menjadi Manager Stasiun Riset Kayan Menterang yang betugas mengkoordinasikan kegiatan riset WWF, LIPI dan Departemen Kehutanan di Cagar Alam Kayan Menterang Kalimantan Timur.
Setelah itu, dia juga dipercaya menjadi Project Manager Ujung Kulon 1997-2001, Deputi Direktur Konservasi Spesies 2000-2001, Direktor Region Sumatera-Jawa WWF 2001-2003, dan Direktur Konservasi Species tahun 2003-2006. Lalu, menjadi Direktur Bidang Kebijakan dari 2006 hingga 2011.
Pada tahun 2011 sampai dengan 2014, di Yayasan WWF Indonesia tersebut dia dipercaya menjadi Direktur Konservasi. Dari situ, sejak 2014 hingga sekarang dia bergabung dengan Climate and Land Use Alliance (CLUA), sebagai Pimpinan Program Indonesia.
"Saya berlatar belakang kerja banyak di NGO, LSM. Dua tahun terakhir, saya banyak bekerja di lembaga donor. Lembaga donor tidak langsung kerja, tetapi beri dana untuk NGO, bekerja, perguruan tinggi, kelompok masyarakat dan masyarakat adat. Sebelum itu, saya bekerja lama skali di WWF Indonesia," kata Nazir, dalam keterangan pers di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu 13 Januari 2016. (asp)