Gafatar Dicurigai Mau Bangun Kerajaan Sendiri

As'ad Said Ali
Sumber :
  • ANTARA/Wahyu Putro
VIVA.co.id
- Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), As'ad Said Ali, menyebut organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sebagai gerakan eksklusif. Hal ini sejalan dengan paham
Uzlah
, yaitu mengasingkan diri dari dunia ramai.

"Ada eksklusivisme, membangun kerajaan. Ini ciri khas kelompok dari paham Uzlah, mengasingkan diri untuk membangun kekuatan sendiri," kata mantan Wakil Kepala BIN, As'ad Said Ali, dalam perbincangan dengan tvOne, Rabu 13 Januari 2016.

Eksklusivisme ini, menurut As'ad Said, diadopsi Gafatar dari ajaran Ahmad Musaddeq, yang merupakan mantan ketua Umum aliran Al Qiyadah. 

"Gafatar bermetamorfosis dari ajaran Musaddeq," ungkap As'ad Said.

Eksklusivisme ini jugalah yang ia duga menjadi alasan menghilangnya banyak orang di berbagai daerah di Indonesia. 

"Banyak orang pada saat bersamaan menghilang, orang mengikuti fanatisme, inilah kekuatan dari Musadeq itu," jelas As'ad Said.

Kasus Gafatar, Polisi Sudah Periksa 50 Saksi
Menurut As'ad, di Indonesia tidak boleh ada organisasi atau gerakan yang bersifat eksklusif karena masyarakat kita bersifat plural. As'ad juga mendesak agar pemerintah bisa segera mengambil tindakan terhadap Gafatar, karena menjadi ancaman baru ditengah-tengah kehidupan sosial masyarakat.

Ribuan Eks Gafatar Berhasil Dipertemukan Keluarganya
"Ini gejala baru di masyarakat, ini yang kami dorong agar negara hadir memantau ini semua, ini suatu ancaman baru, kondisi baru, dan harus menjadi kewaspadaan kita," terang As'ad Said. (ren)
Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri, Kombes Pol Martinus Sitompul

Polisi Segera Limpahkan Berkas Kasus Gafatar

Penyidik masih melengkapi berkas penyidikan tiga petinggi Gafatar.

img_title
VIVA.co.id
4 Agustus 2016