Rokok Dituding Biang Kemiskinan
- REUTERS/Beawiharta/Files
VIVA.co.id - Organisasi kesehatan dunia (WHO) memprediksi, jumlah perokok di Indonesia akan menembus 90 juta orang pada tahun 2025 atau setara 45 persen dari populasi.
Baru-baru ini, Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyebut, ada korelasi kuat antara kemiskinan dan jumlah perokok. Data terakhir pada 2014 hingga 2015, terjadi lonjakan penduduk miskin.
Dari 27,73 juta jiwa pada 2014 meningkat menjadi 28,51 juta jiwa pada tahun 2015. Salah satu penyebabnya adalah rokok. Di perkotaan, rokok menjadi komoditas terbesar kedua sebesar 8,08 persen sementara di pedesaan sebesar 7,68 persen.
"Miskin itu kalau tingkat pengeluarannya orang lebih tinggi daripada pendapatannya. Nah, otomatis rokok itu menimbulkan suatu pengeluaran yang tidak perlu sebenarnya," ujar Wakil Presiden Jusuf Kalla beberapa waktu lalu.
Industri tembakau di Indonesia menyumbang sekira Rp150 triliun per tahun dalam bentuk pajak dan cukai. Dan setidaknya ada enam juta lapangan kerja yang bergantung dari sektor ini.
Dalam praktiknya, pemerintah mengklaim telah melakukan upaya serius untuk penanganan ini. Salah satunya adalah dengan menekan konsumsi rokok lewat menaikkan cukai rokok. Dengan harapan akan ada penurunan jumlah pembelian di tingkat masyarakat.
Tak cuma itu, sejak tahun 2014 juga berlaku rokok bergambar seram di Indonesia. Meski telat, namun pemerintah meyakini rokok bersampul menakutkan ini akan menekan jumlah perokok baru yang datang dari usai dini.
Lantas, sejauh mana ini memberi dampak? Hingga kini Indonesia masih bergelut. Pilihan menyelamatkan kesehatan atau melindungi industri tembakau yang menggiurkan menjadi pilihan dilematis.
Yang pasti, kini Indonesia sudah menjadi surga perokok di dunia. Mengutip dari data WHO, untuk 10 negara surga perokok, Indonesia masuk nominasi. Lihat saja jumlah ini, Serbia 2.861 batang per kepala/tahun, Bulgaria 2.822 batang per kepala/tahun, Yunani 2.795 batang per kepala/tahun, Rusia 2.768 batang per kepala/tahun, Ukraina 2.401 batang per kepala/tahun, Bosnia 2.278 batang per kepala/tahun.
Lalu, Belarusia 2.266 batang per kepala/tahun, Republik Ceko 2.125 batang per kepala/tahun, Korea Selatan 1.958 batang per kepala/tahun, Kazakstan 1.934 batang per kepala/tahun dan Indonesia 1.085 per kepala/tahun.
(mus)