Ini Pria Penulis 1.200 Undangan Penobatan Paku Alam X
- VIVA.co.id / Daru Waskita
VIVA.co.id - Guru lukis SMA 1 Negeri Yogyakarta, Iskandar (59), mungkin asing di telinga masyarakat Yogyakarta. Namun, guru yang sebentar lagi pensiun tersebut salah satu kunci keberhasilan Jumenengan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam X.
Pasalnya, Iskandar merupakan orang yang menulis lebih dari 1.000 nama yang tertera dalam undangan jumenengan KGPAA Paku Alam yang akan dilaksanakan hari ini, Kamis, 7 Januari 2016.
Kepada wartawan, warga RT 42, RW 9, Pujowinata, PA I 686 Yogyakarta ini mengatakan, sekitar satu bulan yang lalu dia diminta untuk menulis undangan oleh KMTA Tirtonegoro untuk menulis nama yang tertera dalam undangan jumenengan.
"Saya menanyakan apakah undangan dicetak dengan komputer atau tulisan tangan. Pihak Pakualaman minta untuk ditulis tangan," katanya, Rabu malam, 6 Januari 2016.
Pria sederhana kelahiran Gunungkidul ini menjelaskan, jenis tulisan yang dihasilkan merupakan jenis kaligrafi yang ditulis menggunakan tinta warna biru. Ia menuliskan satu persatu nama yang tertulis dalam undangan menggunakan pena kaligrafi pen.
Awalnya menggunakan bantuan penggaris, namun setelah berjalan, dirinya menulis langsung tanpa membuat sket tersebih dahulu.
Iskandar selanjutnya menyerahkan 5 bentuk tulisan mulai dari kaligrafi, huruf besar semua dan lurus semua atau miring, namun pihak Puro Pakualaman memilih untuk jenis kaligrafi. "Tidak usah sampai satu menit (lamanya penulisan) cukup detik saja," ujarnya.
Dia mengaku, menulis sekitar lebih dari 1.200 nama undangan mulai dari Presiden dan Wakil Presiden hingga raja-raja nusantara. Penulisan nama menggunakan tulisan tangan memerlukan konsentrasi yang cukup baik.
"Saya tidak tentu menulisnya, kadang setelah salat subuh karena masih fresh ya. Kalau saya ndak fresh ya tidak nulis, meski banyak tumpukan data," kata dia.
Iskandar mengaku, dari ribuan undangan yang harus ditulis menggunakan tangan, namun kurang dari 10 persen kesalahan penulisan nama. Menurut dia, kesalahan itu berasal dari pemberi data, bukan dari penulisan. "Dari yang memberi nama bukan saya yang salah tulis," ucap dia.
Pria kelahiran Gunungkidul, 6 Juni 19561 mengaku bangga dipilih menjadi salah satu bagian dari prosesi jumenengan. Dalam keluarganya juga menjadi abdi dalem puro pakualaman yakni bapak mertuanya. "Merasa ada kepuasan batin. Tidak ada beban meskipun menulis nama-nama para pejabat. Sama saja."
(mus)