Prajurit TNI di Pedalaman Papua Berkeluh Kesah pada Panglima
Kamis, 31 Desember 2015 - 10:40 WIB
Sumber :
- Pusat Penerangan TNI
VIVA.co.id - Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Jenderal Gatot Nurmantyo, meninjau para prajuritnya yang bertugas di wilayah pedalaman Papua, yakni Distrik Agats, Kabupaten Asmat, beberapa hari lalu.
Wilayah itu tak mudah dijangkau karena keterbatasan akses transportasi dan infrastruktur. Panglima TNI pun ke sana harus menumpang helikopter dari Bandara Moses Kilangin di Timika. Panglima mesti mendarat untuk transit di Distrik Ewer, Kabupaten Asmat, lalu melanjutkan perjalanan dengan speedboat menuju Distrik Agats. Perjalanan dari Distrik Ewer ke Distrik Agats ditempuh selama 20 menit.
Dikutip dari siaran pers Pusat Penerangan TNI pada Rabu malam, 30 Desember 2015, Panglima berdialog dengan para prajuritnya yang bertugas di Komando Rayon Militer (Koramil) 1707-08/Agats itu. Panglima juga meninjau rumah prajurit yang tak jauh dari Markas Koramil 1707.
Panglima semula mengungkapkan bahwa banyak kemajuan pembangunan di Distrik Agats yang ditunjukkan dengan keberadaan jalan beton dan banyak warung sebagai indikator pertumbuhan ekonomi. Tetapi dia mengaku menerima informasi bahwa prajuritnya di wilayah itu mendapatkan hak cuti yang kurang memadai, terutama karena bertugas di daerah pedalaman.
“Saya tadi mendengar prajurit di sini berasal dari berbagai daerah, dan mereka mendapatkan cuti setahun sekali, sementara waktu tinggal (cuti) mereka cuma 12 hari,” kata Panglima.
“Waktu 12 hari dirasa terlalu singkat. Untuk pulang ke domisili asli maka membuat mereka harus menggunakan pesawat yang harga tiketnya terhitung mahal. Mereka ini kurang cuti, dihitung saja. Mereka cuti setahun sekali tapi liburnya seminggu. Saya usul agar mereka dapat cuti selama sebulan,” ujar Panglima, yang langsung disambut tepuk tangan para prajurit.
Panglima kemudian mempersilakan prajurit untuk menyampaikan pendapat atau berkeluh kesah kepadanya. “Izin, Panglima. Kami di Kabupaten Asmat terdiri dari sepuluh Distrik, dan untuk mencapai distrik-distrik tersebut kami harus menyewa speedboat, yang ongkosnya mahal karena juga harus membeli bahan bakar,” ujar Serda Paulus.
“Berapa harga satu speedboat di sini?” Panglima bertanya.
Komandan Koramil yang mendampingi Panglima membantu menjawab, “Izin, Panglima, satu unit speedboat dengan kekuatan 40 PK harganya Rp78 juta. Untuk mesin harganya Rp38 juta dan harga perahunya Rp40 juta.”
Panglima diam sejenak, seolah berpikir, lalu berujar, “Baiklah, kita akan mengusahakan untuk mengadakan speedboat sebanyak 10 unit.”
Para prajurit menyambut dengan menjawab serentak, “Siap!”
Seorang prajurit yang lain kembali mengangkat tangan untuk memohon izin menyampaikan keluh kesahnya. Dia berujar, “Izin, Jenderal. Izin, Panglima. Kami di Distrik Agats kekurangan kendaraan motor listrik. Kami butuh untuk mencapai ke penjuru distrik.”
Panglima tak segera merespons lugas keluh kesah yang terakhir itu. Dia mula-mula bertanya, “Kalian semua sehat?” Serentak prajurit menjawab, “Siap, sehat.”
Panglima melanjutkan lagi. “Kalian tahu kenapa kalian sehat. Itu karena kalian sering jalan kaki. Kalau kalian naik motor, kalian bisa tidak sehat nanti.”
Panglima seakan melihat ekspresi kekecewaan para prajurit di hadapannya. Dia kemudian bertanya kepada Asisten Logistik Panglima TNI, Marsda Nugroho Prang Sumadi, yang juga hadir pada kesempatan itu. “Pak Aslog (Asisten Logistik), berapa bisa dibeli motor tanpa listrik itu?”
“Kita bisa sediakan motor sebanyak lima unit, Panglima,” Marsda Nugroho Prang Sumadi menjawab, yang kemudian disambut tepuk tangan dari prajurit.
Panglima TNI dalam kesempatan itu juga menyampaikan salam dari Kepala Polri kepada para polisi yang bertugas di Polsek Agats. Dia memberikan semangat kepada anggota yang sedang berjaga di Polsek itu.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya