KNKT Usul Seluruh Bus Antarkota Dipasangi Kotak Hitam
- M Nadlir
Ketua Subkomite Investigasi KNKT-Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ), Leksmono Suryo Putranto mengatakan, bahwa alat tersebut harganya tidak terlalu mahal, sehingga bisa dipasang pada bus, khususnya bus antarkota. Alasannya kata Leksmono, bus antarkota cenderung melaju dengan kecepatan tinggi.
"Itu sudah jadi program Kemenhub. Ide merekomendasikan ini datang dari regulator sendiri ketika mereka memberikan ceramah kami. Regulator sendiri bilang tak ada waktu lama lagi, makanya harus segera direalisasikan," kata Leksmono di kantor KNKT, Jalan Medan Merdeka Timur 5, Jakarta Pusat, Selasa 29 Desember 2015.
Leksmono juga mengungkapkan, ada teknologi yang lebih sederhana yang bisa digunakan, yakni tachometer. Menurut leksmono, sampai sekarang belum ada negara tetangga utamanya yang menggunakan alat itu.
"Saya challenge Pak Menteri, negara tetangga kita belum ada yang pakai loh, paling Amerika yang pakai. Kata Pak Menteri tak apa-apa, kenapa pasang itu saja tidak bisa," ujar Leksmono.
Leksmono menuturkan, dua tahun ke depan alat tersebut harus sudah dipasang. Nantinya perusahaan bus masing-masing akan memasang alat tersebut sendiri.Â
"Jadi syukurlah kalau dalam hal itu kita menjadi negara terdepan dalam masalah keselamatan. Bus harus memasang, jadi dalam penerbitan izin-izin bus harus ada itu," tegas Leksmono.
Untuk diketahui, sampai saat ini sekitar 70 unit bus Perum Djawatan Angkoetan Motor Republik Indonesia (Damri) sudah terpasang black box. Namun pemasangan alat tersebut masih dalam tahap pengembangan.
Alat ini akan melakukan tracking atau pelacakan jalur yang dilalui kendaraan yang dapat terpantau melalui monitor yang ada pada pos pengawasan operasional bus. Sistemnya akan langsung terhubung dengan server di kantor pusat, dengan menggunakan chip kartu GSM (Global System for Mobile) yang terdapat di dalam kotak hitam.