Cerita Gus Dur Debat dengan Cak Nur soal Sarung & Celana
- embunhikmah
VIVA.co.id - Selain aktivis Nahdlatul Ulama (NU), KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur semasa hidup juga dikenal sebagai cendekiawan muslim. Dalam ranah pemikiran, ia selalu dikesankan publik berseberangan dengan cendekiawan muslim Nurcholish Madjid atau Cak Nur.
Meski sama-sama pemikir pembaharu, pelakat umum yang dipasangkan banyak pihak kepada keduanya berbeda: Gus Dur tradisionalis, Cak Nur modernis. Banyak pihak menilai keduanya berbeda cara pandang dalam hal apapun karena dilatari oleh perbedaan kultur akademik dan muasal ilmu yang mereka ceruk.
Banyak cerita soal perdebatan sengit antara Gus Dur dan Cak Nur kala keduanya satu panggung dalam satu forum keilmuan. Di antaranya saat Gus Dur dan Cak Nur diundang mahasiswa Fakultas Ushuludin IAIN (kini UIN) Sunan Ampel Surabaya, awal tahun 1980-an.
"Waktu itu Gus Dur masih belum pengurus PBNU. Gus Dur hadir pakai sarung sendalan jepit, Cak Nur pakai celana rapi," kata Soerawi, akademisi sekaligus bekas pegawai Bagian Akademik Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel, ditemui di rumahnya, di Jalan Jemur Wonosari Surabaya, Sabtu, 26 Desember 2015.
Soerawi ikut nimbrung di seminar yang dinarasumberi Gus Dur dan Cak Nur itu. Dua pemikir muslim itu, kata pria yang bertugas di IAIN sejak tahun 1967 itu, 'kuat-kuatan' argumentasi tentang pemikiran Islam dalam konteks ke-Indonesia-an. Sesekali debat sengit terjadi antara keduanya. Tapi sesekali pula canda mencampuri.
Yang menarik, lanjut Soerawi, kala Gus Dur dan Cak Nur berbeda pandangan tentang bagaimana seharusnya bersikap terhadap pemerintahan, yang saat itu masih dipimpin oleh Presiden Soeharto. Perdebatan terjadi bahkan dalam hal kecil, soal cara berbusana ketika bertemu dengan pejabat pemerintahan.
"Waktu itu Cak Nur bilang, 'kalau menghadap pejabat harus memakai celana dan rapi'. Tapi Gus Dur menimpali, 'kalau menghadap atasan pejabat, saya enggak masalah pakai sarung dan sendal jepit'," cerita Soerawi mengulang ucapan Gus Dur dan Cak Nur saat itu.
Selanjutnya>>> Gus Dur tak dikenali karena pakai sendal jepit...
Gus Dur tak dikenali karena pakai sendal jepit
Soal sendal jepit, Soerawi punya cerita lain tentang Gus Dur dari temannya yang pernah mengundang Gus Dur mengisi seminar. Waktu itu, masih tahun 1980-an, Presiden RI ke-empat itu diundang mengisi seminar oleh aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang. "Dari Jakarta Gus Dur ke Malang naik kereta api," ujarnya.
Menjelang jadwal kereta tiba, panitia seminar yang masih semester belia datang ke stasiun untuk menjemput Gus Dur. Begitu kereta tiba, panitia mencari Gus Dur di tengah gerombolan orang yang turun dari kereta. "Panitia tak menemukan Gus Dur turun," kata Soerawi.
Ternyata, panitia silap. Gus Dur sebenarnya sudah turun dari kereta dan melewati panitia yang mencarinya. Gus Dur mendengar pembicaraan panitia yang menjemputnya. "Gus Dur dengar panitia yang bilang dia tidak datang. Karena tidak ketemu di stasiun," kata Soerawi.
Gus Dur akhirnya naik becak dari stasiun ke kampus Unibraw. "Sampai di tempat seminar, Gus Dur cerita kejadian di stasiun ke panitia. Dia bilang, mungkin karena pakai sendal jepit dan peci, panitia yang menjemput tidak mengenal. Karena tidak berpantalon rapi," kata Soerawi sembari tersenyum.
Malam ini, Sabtu, 26 Desember 2015, haul Gus Dur digelar di Ciganjur dan kompleks Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. Di Jombang, Wakil Presiden Jusuf Kalla dijadwalkan hadir di acara haul ke-enam mantan Ketum PBNU dan Presiden ke-empat Republik Indonesia itu.