Gus Dur Rela Dicaci Maki Demi Kaum Minoritas
- SP/Achmad Hairuddin
VIVA.co.id - Tepat di 30 Desember nanti, enam tahun lalu Abdurrahman Wahid atau yang dikenal Gus Dur menghembuskan nafas terakhirnya. Tak dipungkiri, selama masa hidupnya, Gus Dur membawa semangat toleransi antar umat beragama.
Begitu juga yang dirasakan oleh mantan Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU periode 2004-2009, Ngatawi Al-Zastrow. Disampaikannya, Presiden Indonesia ke-4 itu rela pasang badan untuk membela masyarakat.
"Gus Dur itu seperti penjahit. Dia menyatukan, menyambungkan serpihan hati yang retak, serpihan yang beragam di bangsa ini. Jadi, bagi saya Gus Dur sebagai penjahit. Tetapi, dia juga berani pasang badan untuk ambil risiko dalam memperjuangkan dan mewujudkan apa yang dia yakini dan dia pikirkan," ujar Zastrow ditemui di Komplek Al-Munawwaroh, Jalan Warung Silah 10, Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat petang, 25 Desember 2015.
Bagi Zastrow, Gus Dur memang tidak hanya sebagai pemikir tapi juga sebagai pejuang terhadap yang dipikirkannya itu. Menurutnya, banyak orang pintar, namun cuman sekadar omongan belaka, tetapi tidak bagi Gus Dur.
"Sosok Gus Dur tidak hanya berpikir dan statement, tapi berani pasang badang untuk perjuangkan dan menjalankan yang dia pikirkan dan yakini, termasuk soal Imlek dan kaum minoritas," kata pria yang selalu menggunakan blankon ini.
Zastrow menambahkan Gus Dur turut memperjuangkan hak-hak manusia, di mana rela dicaci-maki hingga dilecehkan orang-orang, karena keteguhan Gus Dur dalam membela kaum yang dianggapnya pantas dibela.