Merajut Hati Manusia di Hari Wafat Gus Dur

Inayah, putri bungsu Gus Dur, menyalakan lilin mengenang bapaknya
Sumber :
  • Antara/ Ismar Patrizki
VIVA.co.id
- Peringatan wafatnya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tahun ini bertepatan dengan dua perayaan hari besar dua agama, yakni Maulid Nabi Muhammad SAW dan Natal.


Maka tak heran, kalau Haul Gus Dur kali ini mengangkat tema toleransi beragama, yaitu "Merawat Tradisi, Merajut Hati".


"Jadi, soal toleransi itu soal hati. Maka yang perlu dirajut itu hati manusia. Kalau hatinya sudah terajut, maka model apapun, macam apapun, bisa menyatu dengan sendirinya," kata Seksi Acara Haul Gus Dur ke-6 Ngatawi Al-Zastrowi ditemui di Komplek Al-Munawwaroh, Jalan Warung Silah 10, Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat petang, 25 Desember 2015.


Lebih lanjut kata dia, sehingga perasaan toleransi itu muncul tidak sekedar dari basa-basi kumpul, lalu mengucapkan selamat kepada yang merayakan hari besar agamanya.


Melainkan, menumbuhkan rasa toleransi yang bersumber dari hati yang sudah terajut sedari awal.


"Jadi, tema Haul Gus Dur ini upaya untuk mengaktualisasi pluralisme langkah merajut hati itu. Tema ini diambil dari isu-isu yang sedang muncul di permukaan, kemudian dikaitkan dengan prinsip yang dibawa oleh Gus Dur," kata dia.


Pada peringatan meninggalnya Presiden Indonesia ke-3 itu, tak hanya dihadiri oleh sejumlah ulama Tanah Air. Tetapi, para tokoh lintas agama juga diundang dalam acara yang telah dipersiapkan tiga sebelumnya itu.


Pesan Gus Dur, Islam Itu Agama Pengayom
"Tokoh lintas agama pasti ada. Semua agama kita undang," kata Zastrow.
Karena Gus Dur, Banyak Calon Pastur Menginap di Pesantren

Kenangan Khusus Mahfud MD Terhadap Mendiang Gus Dur

Istri mendiang Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid.

Griya Gus Dur Akan Jadi 'Pangkalan' Aktivis Kebangsaan

Peresmian dihadiri Gubernur DKI dan Menkopolhukam.

img_title
VIVA.co.id
24 Januari 2016