Kisah Pengidap HIV/AIDS, Jalan Kaki Keliling Indonesia
- VIVA.co.id/Dwi Royanto
VIVA.co.id - Ada kisah inspiratif dari Wijianto (33). Pengidap HIV/AIDS ini nekat melakukan perjalanan kaki, berkeliling Indonesia.
Pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur ini mengkampanyekan arti bertahan hidup bagi mereka yang kini terjangkiti HIV/AIDS. Wijianto sudah singgah di beberapa kota sejak 7 November 2015 lalu.
Bagi pria yang akrab disapa "Gareng" ini, virus HIV/AIDS sebagai tokoh Rahwana dalam serial Ramayana.
Rahwana atau Dhasamuka diketahui sosok yang memiliki 10 nyawa yang tidak bisa dibunuh oleh ilmu sesakti apapun. Namun, sosok ini mempunyai kekurangan, yakni bisa disakiti dan dilemahkan.
"HIV itu seperti Rahwana. Jahat tapi enggak bisa mati. Tapi Rahwana bisa disakiti dan dilemahkan. Sama dengan virus ini, kalau disakiti terus maka bisa lemah sendirinya," kata Wijianto di hadapan warga peduli HIV/AIDS di Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang, Selasa, 15 Desember 2015.
Perumpaan itulah yang saat ini selalu memompa semangat Gareng untuk tetap bertahan melawan penyakit yang telah menggerogotinya sejak tahun 2011 silam.
Bahkan, untuk melemahkan virus mematikan ini, ia memutuskan untuk membuktikan diri berkeliling 30 provinsi di Indonesia dengan berjalan kaki.
"HIV itu obatnya belum ada, tapi bisa pulih. Buktinya, di dahi saya saja nggak ada tulisan HIV positif," kata pria satu anak tersebut disambut tawa hadirin.
Bagi Wijianto, pengalaman tiap kali singgah dan memompa semangat penyandang ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) di sejumlah daerah, cukup bervariatif. Apalagi rata-rata ODHA selalu patah arang untuk berjuang dan bertahan hidup di tengah di masyarakat.
Belum lagi masih banyaknya stigma negatif ODHA di beberapa daerah masih dianggap sebelah mata dan terpinggirkan.
"Ini tantangan saya. Saya harus menginspirasi teman-teman ODHA lainnya agar dapat hidup dengan semangat. Apalagi jumlah penderita HIV yang kian bertambah banyak," tuturnya.
Ia memulai perjalanan dari Tanjung Barat, Jakarta, tepat di hari ulang tahunnya. Selama kurang lebih 1,5 bulan, ia telah melewati sejumlah kota. Seperti Bogor, Ciawi, Sukabumi, Cianjur, Cimahi, Bandung, Sumedang, Majalengka, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal dan Semarang.
"Saya tiba di Kota Semarang baru tadi malam. Saya cuma bawa bekal tiga potong kaos, dua celana. Tiap pagi cuma sarapan enam butir telur," kata Wijianto.
Menurutnya, tak mudah memang berjalan kaki menyambangi tiap daerah seorang diri. Di setiap titik penghentian, ia selalu dapat bantuan dari rekannya sesama pengidap HIV/AIDS maupun singgah di markas Komisi Penanggulangan Aids (KPA).
Untuk menuntaskan aksi jalan kaki keliling Indonesia, Wijianto memperkirakan butuh waktu dua tahun. Ini artinya, ia baru kembali finis di Jakarta pada akhir 2017 mendatang.
"Tapi kayaknya lebih lama dari itu, karena jalan kaki dari satu kota ke kota lain butuh waktu sampai sehari hingga dua hari," ujar Wijianto.
Sekretaris KPA Kota Semarang Bambang, Suroyo, mengaku sangat mengapresiasi aksi Wijianto yang berani mengkampanyekan bahaya HIV/AIDS di kota-kota besar, seperti Kota Semarang.
Apalagi Kota Semarang merupakan wilayah yang tingkat HIV/AIDS-nya tergolong tinggi. Sejak tahun 2014 lalu sudah ada 37 puskesmas yang melayani tes darah untuk mendeteksi gejala penyakit ini.
"Kami berharap, warga mau memeriksakan diri secara rutin agar tidak terinfeksi HIV/AIDS," ujar Suroyo. (ase)