Orang Sunda Mengaku Dilecehkan Soal Sebutan Darurat Musyrik
- ANTARA FOTO/Agus Bebeng
VIVA.co.id - Puluhan organisasi kemasyarakatan di Purwakarta menilai pernyataan kelompok yang menyebut daerah itu darurat akidah dianggap mempermalukan warga Muslim di Purwakarta.
"Sebagai masyarakat Purwakarta kami merasa tersinggung dan dilecehkan oleh pernyataan ini. Akidah kami sebagai muslim tidak berubah, tidak terintimidasi dan tak ada penistaan agama di Purwakarta," ujar ketua Aliansi Masyarakat Sunda Menggugat Nurwin Herawan, Senin, 7 Desember 2015.
Aliansi yang membawahi 28 ormas ini juga mengklaim bila saat ini kehidupan umat beragama di Purwakarta justru hidup damai dan kondusif.
"Kami warga Purwakarta yang mayoritas Islam hidup damai dan kondusif. Kalau nggak percaya silakan datang ke Purwakarta," kata Nurwin dalam konferensi pers di Gedung Dakwah Purwakarta.
Baru-baru ini di Purwakarta memang muncul sejumlah provokasi yang diduga dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang mengatasnamakan Masyarakat Muslim Sunda.
Lembaga ini terlihat menyebar sejumlah spanduk yang menuliskan bahwa Purwakarta sedang dalam keadaan darurat akidah. Lembaga ini juga menggelar aksi di Gedung Sate Bandung Jawa Barat, Senin, 7 Desember 2015.
"Justru dengan adanya pernyataan kelompok itu, malah membuat kondisi Purwakarta tidak kondusif. Purwakarta difitnah, disebut kota musyrik, padahal di dalamnya tidak ada seperti yang dituduhkan," ujar Nurwin.
Lebih jauh, dalam poin pernyataan sikapnya, Nurwin menyebut baru pada kepemimpinan Dedi Mulyadi, Purwakarta telah mengalami kemajuan. Baik dalam urusan fisik pembangunan seperti jalan, jembatan, bangunan sekolah, taman-taman dan infrastruktur lainnya.
"Kami malah bangga, Purwakarta sekarang mampu membangun dengan baik dengan mengangkat kepercayaan diri masyarakat Purwakarta sebagai orang Sunda," kata Nurwin.
"Kami juga meyakini segala tuduhan kepada Bupati Dedi, sesungguhnya bukan persoalan kemusyrikan, tetapi kekhawatiran akan kegigihan dan keberhasilan Bupati Purwakarta dalam pembangunan yang menjadikan Sunda sebagai basis karakternya," Nurwin menambahkan. (ase)
Jay Ajang Bramena/Purwakarta