Ini Rekomendasi KNKT dari Investigasi Kecelakaan AirAsia
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengeluarkan rekomendasi kepada sejumlah pemangku kepentingan penerbangan terkait hasil investigasi kecelakaan AirAsia dan Airbus.
Rekomendasi ini ditujukan kepada Indonesia AirAsia, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Airbus, Federal Aviation Administration (FAA) Amerika, dan European Aviation Safety Administration (EASA).
Pertama, rekomendasi KNKT untuk Indonesia AirAsia, agar membuat prosedur komunikasi antara pilot dan co-pilot yang bisa saling dipahami.
"Para pilotnya harus dilatih bagaimana mengambil alih kendali dari satu pilot ke pilot lainnya saat terbang dalam keadaan kritis," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Sub Komite Kecelakaan Pesawat Udara KNKT, Nurcahyo Utomo, di Gedung KNKT, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Selasa 1 Desember 2015.
"Kami tambahkan, yaitu agar dibuatkan prosedur untuk pilot tadi. Prosedur itu tadinya belum ada. Jadi, kami minta untuk dibuat, sehingga nantinya kalau prosedur itu belum ada, ya pilotnya tidak bisa ikut," ucap dia.
‎Sementara itu, rekomendasi untuk Airbus, KNKT menyarankan agar perusahaan asal Prancis itu membuat metode pencegahan kepada pilot. Itu agar saat terbang pilot tidak melakukan improvisasi penanganan masalah pesawat di luar prosedur yang semestinya.
"Kepada Airbus, kami minta agar dibuat metode pencegahan kepada pilot untuk tidak berimprovisasi di luar prosedur," tutur Nurcahyo.
Rekomendasi itu diminta KNKT mengingat pilot berinisiatif melakukan penanganan di luar prosedur terhadap gangguan.
Dari penanganan berbeda pada gangguan keempat itu mengakibatkan arus listrik ke Flight Augmentation Computer (FAC) terputus. Akibat terputusnya aliran listrik pada FAC, Rudder Travel Limiter (RTL) menjadi mati dan auto-pilot ‎serta auto-thrust tidak berfungsi. FAC itu mengatur tujuh komponen penting lainnya dalam pesawat, termasuk RTL.
"Kami juga minta kepada Airbus, agar semua pilotnya di seluruh dunia diajari upset recovery training (pelatihan memperbaiki kondisi pesawat yang tidak wajar). Artinya (dengan pelatihan itu), pesawat yang dalam kondisi posisi atau sikap yang tidak wajar bisa dikembalikan (ke level normal) oleh pilotnya," tutur Cahyo.