Polisi dan Kontras Beda Data Korban Rusuh Tambang Banyuwangi
Jumat, 27 November 2015 - 11:46 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo
VIVA.co.id - Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur menerjunkan tim dari Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) dan Laboratorium Forensik (Labfor) untuk menyelidiki kerusuhan tambang emas Tumpang Pitu di Kecamatan Pesanggrahan, Kabupaten Banyuwangi.
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Jatim, Komisaris Besar Polisi Raden Prabowo Argo Yuwono, tim dari Polda sudah berada di lokasi kejadian untuk mengetahui pasti kronologi kerusuhan itu.
"Police line (garis polisi) sudah dipasang di sana dan tim Krimum (Direktorat Reserse Kriminal Umum) dan Labfor Polda lakukan olah TKP (tempat kejadian perkara)," katanya kepada VIVA.co.id, Jumat, 27 November 2015.
Polda juga menurunkan petugas bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) ke Banyuwangi untuk menyelidiki ada atau tidak pelanggaran yang dilakukan anggota saat mengamankan demonstrasi penolak tambang berujung rusuh itu.
Polda memiliki data berbeda dengan Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Surabaya tentang korban. Kontras menyebut bahwa korban luka dari pihak warga sebanyak empat orang. Menurut versi polda, korban luka dari pendemo hanya dua orang, sedangkan dua orang luka lain dari kepolisian.
"Yang dirawat di rumah sakit empat orang, termasuk dua orang dari polisi, yang kepalanya bocor kena lemparan batu," katanya.
Meski begitu, Argo mengatakan, kepolisian masih menyelidiki untuk mencari tahu benar atau tidak informasi Kontras tentang jumlah korban. Polda juga masih mencari tahu seperti apa sebenarnya kondisi lapangan hingga rusuh terjadi.
Apakah warga terluka karena terkena tembakan polisi? "Itu masih diselidiki," kata Argo.
Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, polisi di lapangan baru melakukan tindakan dengan mengeluarkan tembakan peringatan ketika pendemo terlihat beringas dengan membakar dan melempar batu kepada petugas.
Kerusuhan pecah di lokasi tambang yang dikelola PT Bumi Suksesindo (BSI) di Tumpang Pitu, Pesanggrahan, Banyuwangi, pada Rabu, 25 November 2015. Rusuh terjadi karena mentoknya pertemuan antara warga, PT BSI, dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Warga yang tak puas keluar dari arena pertemuan lalu berdemo di lokasi tambang dan berujung rusuh.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Polda memiliki data berbeda dengan Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Surabaya tentang korban. Kontras menyebut bahwa korban luka dari pihak warga sebanyak empat orang. Menurut versi polda, korban luka dari pendemo hanya dua orang, sedangkan dua orang luka lain dari kepolisian.