BNPT: Kini Teroris Rekrut Anggota Lewat Dunia Maya
- ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak
VIVA.co.id - Bagi Anda yang doyan berselancar di dunia maya, kini patut waspada. Jika tak hati-hati, bisa jadi Anda berteman dengan jaringan teroris internasional.
Sebagaimana dituturkan Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Mayor Jenderal Abdul Rahman Kadir, mayoritas jaringan terorisme kini mulai menguasai dunia maya.
Bahkan, Rahman menilai jaringan terorisme hampir sebagian besar memanfaatkan jaringan internet untuk menyebarkan ajarannya dan merekrut anggota baru.
Saat ini, Rahman melanjutkan, pengguna dunia maya di Indonesia mancapai 88 juta warga. Dari jumlah itu, mayoritas terdiri dari usia muda berkisar mulai dari 21 sampai 30 tahun. Lantaran besarnya anak muda yang menggunakan jaringan internet, sudah barang tentu kelompok radikal ini berusaha menjaring mereka untuk menjadi pengikut.
"Kaum muda saat ini menjadi target kelompok radikal dengan cara cuci otak menjadi teroris," ujar Rahman di sela acara "Workshop Program Damai di Dunia Maya Dalam Pencegahan Terorisme" di Sanur, Denpasar, Kamis malam 12 November 2015.
Saking potensialnya, Rahman menyebut, sekira 80 hingga 90 persen sasaran kelompok teroris adalah anak muda. Ia mengimbau agar anak-anak muda tak terhasut dalam ajakan radikalisme kelompok teroris.
Masih menurut Rahman, sesungguhnya kelompok radikal saat ini relatif sedikit. Hanya saja, mereka sangat aktif menggunakan dunia maya sebagai sarana menyebarkan ajaran, menghasut dan melakukan propaganda. "Mereka ini jumlahnya sedikit tapi aktif," kata dia.
Ada beberapa metode rekrutmen kelompok teroris. Pertama adalah menawarkan sejumlah fasilitas fan gaji tinggi untuk bekerja di Timur Tengah. Padahal, dalam kenyataannya hal itu tak terbukti dan mereka yang termakan bujuk rayu akan dijerumuskan dalam organisasi radikal teroris semisal ISIS.
Cara kedua adalah dengan merekrut mereka yang memiliki pengetahuan agama dangkal. Sebagai misal adalah dihasut agar berjihad untuk menuju surga. Cara lainnya adalah dengan berkedok kegiatan yang berbau keagamaan.
"Ada banyak contoh dunia maya berhasil merekrut. Beberapa waktu lalu ada anak muda dari Kepulauan Riau yang dideportasi dari pemerintah Singapura. Setelah diinterogasi ternyata ia bergabung dengan ISIS atau aliran garis keras melalui dunia maya. Ia tahu ISIS dari dunia maya," kata.
Contoh lain keberhasilan dunia maya menjaring efektif untuk merekrut anggota adalah keterlibatan pegawai negeri di Batam bersama anak istrinya yang bergabung dengan ISIS. "Mereka berkomunikasi dan berkenalan melalui dunia maya," ucap dia.
Untuk itu, Rahman mengaku kini fokus melakukan sosialisasi ke beberapa daerah mengenai pengaruh terorisme di dunia maya.
"Ini sangat penting, mengingat kelompok radikal dan terorisme kini sudah menguasai dunia maya. Kita tidak boleh diam. Mari menyemarakkan dunia maya dengan kedamaian. Karena kalau mereka (teroris) tidak kita lawan, maka mereka akan terus kampanye kekerasan di dunia maya," katanya.
"Mari kita sama-sama aktif mengkampanyekan hal-hal damai di dunia maya. Kita ikuti setiap hari perkembangan dunia maya. Kita juga punya pusat media damai untuk memonitor pengguna internet. Kita punya alat ukur yang teruji, baik propaganda maupun hal kebencian lainnya. Itulah dasar kami mengukur," kata Rahman.