Wilayah Perbatasan Indonesia Kurang Pendidikan Agama
- Antara/ Zabur Karuru
VIVA.co.id - Kementerian Agama mengadakan seminar dengan tema Pendidikan Agama dan Keagamaan di Wilayah Perbatasan Negara di Kantor Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis, 5 November 2015.
Dalam kegiatan ini, dibahas kurangnya sekolah-sekolah agama terutama madrasah di daerah perbatasan Indonesia.
Menteri Agama, Lukman Hakin Saifuddin, mengungkapkan permasalahan di wilayah perbatasan Indonesia adalah selain kurangnya sarana pendidikan berupa sekolah agama atau madrasah, tapi juga sumber daya manusia berupa tenaga pengajar.
Wilayah perbatasan memang tertinggal dengan wilayah Indonesia lainnya, terutama dari segi pembangunan infrastruktur. Lukman menyebutkan beberapa titik permasalahan pendidikan agama di wilayah perbatasan antara lain di Kalimantan dan Timur yang sangat kurang sarana dan SDM pendidikan agama.
"Guru-guru kita juga masih sangat terbatas jumlahnya dan tentu juga kapasitasnya. Di wilayah Jayawijaya Papua kondisinya sangat memprihatinkan. Jangankan guru, untuk tenaga pendidikan praktis tidak ada, sehingga guru yang mengajar di wilayah pedalaman adalah siapa yang punya kesadaran agar generasi lebih baik," ujar Lukman.
Dalam seminar ini Menteri Agama mengundang Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi untuk mendapat masukan terkait pendidikan agama di wilayah tertinggal.
"Kalau Kemenag membangun lembaga pendidikan yang baik, tapi tidak ada jalan aksesnya seperti listrik, kan jadi terhambat. Diperlukan sinergitas dan strategi untuk membangun wilayah perbatasan," kata Lukman.
Menteri Agama menjelaskan, pendidikan agama itu sangat penting. Sebab, nilai-nilai agama sesungguhnya yang mampu menjaga eksistensi sebuah bangsa, yakni masyarakat guyub, gotong royong, selalu menjunjung tinggi nilai agama dan banyak kebaikan-kebaikan yang diajarkan agama.
"Menjadi sangat penting di wilayah perbatasan, agar eksistensinya terjaga, cinta tanah air yang ada nilai-nilai agama," ujar Menteri asal PPP.
Menteri Lukman menilai, wilayah perbatasan adalah etalase negara yang tidak boleh dipahami sebagai daerah tertinggal, terpencil dan terbelakang dibanding wilayah lain.
Indonesia dikenal sejak dulu sebagai bangsa yang religius, sangat memegang nilai agama dalam mengatur kehidupan keseharian di tengah keberagaman. Menurut Menteri Agama, apapun etnisnya, semua masyarakat Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai agama.
"Di sinilah nilai agama menjadi perekat, meski bangsa kita majemuk dan beragam. Para pendiri bangsa begitu arif meletakkan agama sebagai perekat yang mampu menjaga keutuhan kita sebagai bangsa besar," kata Lukman. (ase)