SBY: Jika Belum Siap Gabung TPP, Indonesia Bisa Dirugikan
Jumat, 30 Oktober 2015 - 15:15 WIB
Sumber :
- REUTERS / Jonathan Ernst
VIVA.co.id
- Presiden Joko Widodo mengisyaratkan persetujuan Indonesia akan berpartisipasi dalam Trans Pacific Partnership (TPP) saat pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, Rabu 27 Oktober 2015.
Menurut Jokowi, bergabungnya Indonesia dalam TPP dilakukan untuk memodernisasi aktivitas ekonomi Indonesia.
Baca Juga :
Capres AS Berdebat tentang Peran Rusia
Baca Juga :
10-02-1962: AS-Soviet Bertukar Mata-mata
Trans-Pacific Partnership adlh kerjasama ekonomi lintas Pasifik, yg dimotori AS. Hakikatnya ~ liberalisasi perdagangan & investasi. *SBY*
— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) October 30, 2015
Menurut SBY, TPP sesungguhnya merupakan program kerja sama ekonomi yang baik. Hanya saja, menurut SBY, kerja sama ini menuntut kesiapan Indonesia.
Dahulu, SBY mengakui pernah ditawari untuk masuk dalam TPP. Hanya saja, kala itu, ia menilai Indonesia belum tepat untuk bergabung.
Karena itu, ia memilih menolak dan menggabungkan Indonesia dalam Kerja Sama Ekonomi Regional Komprehensif (RCEP).
(3) Kita sedang ikut negosiasi RCEP ~ kerjasama ekonomi ASEAN + Tiongkok, Jepang & Korea. Jangan sampai kita juga tak siap. *SBY
— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) October 30, 2015
Namun, dia melanjutkan, keputusan tetap di tangan Jokowi. Bergabung atau tidaknya Indonesia dalam TPP, prasyarat utamanya adalah kesiapan dan jangan sampai rakyat justru dirugikan dengan bebasnya barang dan jasa dari negara lain.
Dgn niat baik, ijinkan saya menyarankan agar sebelum keputusan resmi & final diambil, sejumlah hal mesti dipastikan. *SBY*
— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) October 30, 2015
Mari kita jaga politik luar negeri bebas aktif. Serta all directions foreign policy. Cegah bersekutu dg 1 negara & berjarak dg yg lain *SBY*
— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) October 30, 2015
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Menurut SBY, TPP sesungguhnya merupakan program kerja sama ekonomi yang baik. Hanya saja, menurut SBY, kerja sama ini menuntut kesiapan Indonesia.