Padamkan Kebakaran, Warga Suku Pedalaman Kelelahan

Anak-anak Suku Anak Dalam atau Kubu di Jambi
Sumber :
  • VIVA.co.id/http://etnics.blogspot.com
VIVA.co.id - Kawasan hutan di Pulau Seram, Kecamatan Seram Utara, Maluku Tengah, kebakaran sejak akhir September 2015. Sedikitnya 30 ribu hektare lahan dikabarkan dilalap api.

Pulau Seram dihuni sejumlah suku pedalaman dan tersebar dari wilayah Siahari, Kokoroli, Suku Huaulu, Maneo Rendah, Maneo Tinggi, Kabailuhu, Kabauhari, dan Iloana. Mereka hidup dalam kondisi terbatas dan hanya mengandalkan sumber alam untuk memenuhi kebutuhan harian.

Sebanyak 1.122 jiwa warga suku pedalaman dari Negeri Maneo menolak mengungsi ke lokasi yang lebih aman. Mereka takut jika meninggalkan rumah, api yang kini membakar hutan bisa saja ikut menghanguskan rumah-rumah mereka. Sekarang pun dilaporkan sudah 16 rumah terbakar.

"Api masih mengepung desa kami. Api menyala di bawah teras rumah kami," kata Kepala Desa Negeri Maneo, Nikolas Boirata, melalui sambungan telepon dengan VIVA.co.id pada Kamis, 22 Oktober 2015.

Zumi Zola Berikan Eskavator Tiap Kecamatan di Jambi
Nikolas menggambarkan, kondisi kesehatan warganya mulai menurun. Para orang tua dan pemuda kelelahan sehingga membutuhkan suplemen penambah energi dan bantuan untuk memadamkan kebakaran hutan.

BNPB Deteksi Peningkatan 151 Hotspot Kebakaran Hutan
"Banyak warga yang mengalami pusing dan kelelahan. Kami sekarang sangat membutuhkan darah (bantuan untuk memadamkan kebakaran). Siang-malam warga saya bekerja untuk padamkan api," kata Nikolas.

Cegah Kebakaran Meluas, BNPB Gulirkan Kebijakan Insentif
Kebakaran hebat yang melanda hutan Pulau Seram memang sudah terjadi sejak 21 September 2015. Warga suku pedalaman sudah berusaha memadamkan api dengan menggunakan jerigen, ember, dan alat-alat dapur. Namun api memang sulit dipadamkan jika terus menggunakan cara-cara manual.

Menurut Nikolas, angin yang bertiup kencang membuat kebakaran makin meluas dan kian sulit dikendalikan. "Tanah saja terbakar, karena suhu terlalu panas," katanya.

Bebebarap waktu lalu, kata Nikolas, sejumlah personel TNI diarahkan untuk melakukan pemadaman dengan mobil tangki air. Tapi kekuatan personel TNI tak sebanding dengan luas lahan yang terbakar.

"Ratusan hektara perkebunan kami sudah lenyap, terbakar. Yang kami butuh sekarang adalah helikopter, pemadaman harus dari udara. Kalau menggunakan mobil (tangki), tidak bisa. Selang mobil tangki tidak cukup sampai di lokasi," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya