Rusuh Singkil, Mendagri: Mohon Maaf Aparat Saya Tak Tegas
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengakui konflik intoleransi di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh, terjadi akibat ketidaktegasan aparaturnya, terutama dalam hal perizinan. Hal itu kemudian menyulut pecahnya konflik hingga pembakaran gereja.
,Tjahjo pun menyampaikan sikap permintaan maafnya terkait tidak tegas anak buahnya di level pemerintah daerah. Tjahjo mengatakan kepala daerah kurang tegas dalam menerapkan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) Nomor 9 dan Nomor 8 tahun 2006 tentang Pendirian Rumah Ibadah.
"Mohon maaf, itu menyangkut aparat saya yang tidak tegas. Seharusnya kalau (pendirian gereja) dianggap itu tidak boleh izin ya dilarang, kalau boleh diiizinkan ya harus diizinkan, " kata Tjahjo usai menghadiri Dies Natalis Universitas Diponegoro Semarang, Kamis 15 Oktober 2015.
Politikus PDI Perjuangan itu pun akan langsung mengevaluasi menyeluruh terkait kejadian mengejutkan tersebut. Apalagi, dugaan konflik di Singkil sebelumnya sudah terdeteksi sejak dini oleh intelejen.
"Kami perlu evaluasi, " kata Tjahjo.
Menteri Tjahjo menggarisbawahi, konflik agama di kabupaten Singkil Aceh jauh berbeda dengan konflik pembakaran masjid di Tolikara, Papua beberapa waktu lalu. Jika konflik di Singkil dipicu akibat ketidaktegasan aparatur sipil daerah, sedangkan kasus Tolikara akibat adanya aksi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan oleh warga yang berbeda agama.
"Deteksi dininya (di Tolikara) lain itu. Di sana pelanggaran HAM, " kata dia.
Kemendagri pun mendorong kepada aparat penegak hukum untuk tidak tebang pilih menangkap pelaku yang terlibat dalam kasus yang menimbulkan pembakaran gereja di Singkil. Sekali pun hal itu dilakukan oleh apartur sipil di wilayah tersebut.
"Siapa pun harus diproses hukum. Kalau memang camat yang salah ya beri sanksi, kalau Kapolseknya (salah) ya diganti atau kapolresnya, apa pun itu (diberi sanksi), " ujar dia.