Satu Suro, Warga Topo Bisu Keliling Kampung
Rabu, 14 Oktober 2015 - 22:18 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Pradita Utama
VIVA.co.id
- Ratusan warga di Dusun Karangpucung, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta menggelar ritual topo bisu menyambut pergantian tahun baru Islam, 1 Muharam.
Berbeda dengan kebiasaan dengan mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta. Warga di Karangpuncung melakukannya dengan mengelilingi kampung dengan membisu. Tak lupa warga juga membawa tumpeng dan sesaji.
Ritual diawali dengan kenduri di masjid oleh ratusan warga. Setiap warga membawa aneka macam makanan, dikumpulkan di halaman masjid untuk didoakan bersama.
Usai salat Magrib berjamaah, warga menggelar doa bersama dan mendoakan makanan yang dikumpulkan warga dilanjutkan salat Isya berjamaah.
Setelah salat, warga membawa tumpeng, sesaji dan jajan pasar ratusan warga berjalan menggelilingi kampung sembari topo bisu.
"Namanya topo bisu, jadi warga selama kirab tidak boleh berbicara. Warga berdoa dalam hati sesuai dengan keyakinan masing-masing," kata Abdul Syukur, ketua panitia Topo Bisu, Rabu 14 Oktober 2015.
Menurut dia, secara substansial, topo bisu merupakan instrumen introspeksi diri. "Topo bisu sebagai bentuk penyesalan akan dosa dalam setahun. Ini diharapkan membuat kita lebih jernih dalam mengoreksi diri demi kebaikan setahun ke depan," katanya.
Kirab dan topo bisu tidak hanya diikuti oleh warga, namun beberapa warga asing juga mengikuti. Salah satunya Suzan, warga Ceko yang saat ini kuliah di ISI Yogyakarta.
Suzan juga merasa takjub bisa berbaur dan terlibat langsung dalam ajang budaya bersama warga. "Ini pengalaman sekali seumur hidup. Luar biasa," katanya.
Usai topo bisu, warga berkumpul di masjid kampung dan makan bersama makanan yang sudah didoakan.
Setelah kembul bujono (makan bersama), warga sebagian pulang dan lainnya melakukan tirakatan dengan berzikir sampai dini hari.
Sementara itu, di Dusun Geneng, Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, warga menggelar salawatan berkeliling kampung.
Menggunakan penerang obor, warga mengumandangkan salawat Nabi sambil berjalan mengelilingi kampung.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Suzan juga merasa takjub bisa berbaur dan terlibat langsung dalam ajang budaya bersama warga. "Ini pengalaman sekali seumur hidup. Luar biasa," katanya.