Kisah Lucu Bung Karno Pusing Hadapi Istri-istrinya
- Dodi Handoko/Viva.co.id
VIVA.co.id - Bung Karno tercatat mempunyai sembilan istri. Dengan begitu banyak istri ternyata muncul bermacam-macam persoalan, apalagi mereka cemburu satu dengan yang lain. Maka Bung karno harus mengeluarkan banyak akal untuk menghindari istri-istrinya itu bertengkar.
Dalam buku 'Total Bung Karno' karya Roso Daras, diceritakan ketika Bung karno menikah dengan Hartini, Fatmawati marah dan keluar dari Istana. Istri kedua Soekarno ini memilih tinggal di Kebayoran Baru dan tak mau balik lagi ke istana.
Hartini akhirnya tidak tinggal di Istana, tetapi di paviliun Istana Bogor. Istri berikutnya, Dewi Soekarno, wanita Jepang ini ditempatkan di Wisma Yasoo, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Sementara istri lainnya, Haryati tinggal di kawasan Slipi, Jakarta Barat.
Terdapat kisah lucu tentang istri-istri Bung Karno. Karena sibuk, Bung Karno tidak sempat menulis surat cinta untuk masing-masing istrinya. Maka dia menyuruh juru tulis Istana untuk mengetikkan surat cinta bagi istrinya.
Tapi betapa kagetnya saat mendapati surat cinta itu diketik di atas kertas berkop kepresidenan resmi. Lengkap dengan logo burung garuda dan cap kepresidenan. Bukan itu saja, si pengirim bukan ditulis sebagai ‘mas’ atau ‘Soekarno’ tetapi Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia, Ir Soekarno.
Akibat banyak istri ini para ajudan pun jadi punya tugas tambahan.
Ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko menceritakan semua kerepotan ini. Para istri Soekarno ini selalu curiga ke mana Soekarno pergi setelah jam dinas usai. Apakah menemui istrinya yang lain? ke rumah si A, si B atau si C?
Para ajudan Soekarno pun harus berbohong demi menyelamatkan bos mereka. “Kami para ajudannya harus membantu dan mengamankan setiap timbul persoalan. Kalau perlu harus berbohong, apabila ibu yang satu bertanya apakah Bung Karno bertemu dengan ibu yang lainnya,” kata Bambang Widjanarko dalam buku ‘Sewindu Dekat Bung Karno’ terbitan Kepustakaan Populer Gramedia.
Jika Soekarno bertanya “Apakah aku sudah rapi?” Maka ‘rapi’ itu artinya bersih dari bekas lipstik, dan wangi parfum salah satu istrinya. Ajudan pun harus ektra teliti memeriksa. Jika ada bekas parfum misalnya, maka Soekarno akan pulang dulu ke Istana Negara untuk mandi dan berganti pakaian.
Pernah suatu saat, Haryati, mendengar Soekarno sedang menemui istrinya yang lain. Dia pun marah dan hendak menyusul ke tempat acara. Soekarno yang mendapat laporan, memerintahkan bagaimana dan apapun caranya, Haryati tak boleh meninggalkan Slipi.
Maka ‘operasi sabotase’ itu digelar. Awalnya sopir Haryati berpura-pura mobilnya mogok. Haryati yang murka meminta agar dikirim mobil dari Istana. Tapi berjam-jam mobil itu tidak juga datang.
Saat sopir sudah berhasil menyalakan mobil yang tadi mogok, sebuah truk tiba-tiba mogok di depan rumahnya. Mobil Haryati pun tidak bisa keluar dari garasi. Misi sabotase ini sukses.