Lapas Dihuni Napi Berduit, Sipir Dinilai Rentan Tergiur Suap

Lembaga Pemasyarakatan Madiun
Sumber :
  • Adib Ahsani/Madiun
VIVA.co.id - Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM mengakui komitmen para petugas lembaga pemasyarakatan (lapas) masih lemah. Hal itu menyebabkan penjagaan dan pengawasan terhadap narapidana menjadi longgar.
Dua Pelajar di Depok Ujian Nasional di Lapas

Peristiwa termutakhir yang ramai disorot media massa adalah perkara narapidana kasus pajak, Gayus Tambunan, yang diketahui keluar Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat, dan berada di sebuah restoran di Jakarta, pada 9 September 2015.
Aneka Narkoba hingga Buku Tafsir Mimpi Ada di Lapas Binjai

Gayus keluar penjara untuk menghadiri sidang gugatan perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Utara memang atas seizin Kepala Lapas. Namun keberadaannya di restoran itu dianggap tak sepatutnya. Pengawalan petugas untuk Gayus pun ditengarai longgar.
Ini Identitas 5 Tahanan yang Terbakar di Rutan Bengkulu

"Kami sependapat komitmen petugas (lapas) masih lemah," ‎kata Juru Bicara Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, Akbar Hadi, dalam sebuah diskusi bertajuk Bebas Lepas di Lapas di Jakarta, Sabtu, 26 September 2015.

Akbar menjelaskan, lemahnya komitmen petugas lapas karena ‎ada godaan dari seorang narapidana kaya. Narapidana kaya bisa intensif menggoda petugas untuk meloloskan dan mempermudah mendapatkan fasilitas yang diinginkannya.
‎
‎

"Lapas kita ini sudah dihuni kasus-kasus berat dan banyak duitnya. Kalau tidak dimiskinkan, petugas kami jadi korban juga. Sementara petugas kami berhadapan 24 jam dan berlangsung terus-menerus dengan mereka," kata Akbar.

Rayuan biasa, Akbar menambahkan, dilancarkan dengan target awal adalah Kepala Lapas. Bila Kepala Lapas tak mempan dirayu, level diturunkan kepada petugas biasa. Proses pendekatan itu tak hanya sekali atau dua kali tetapi terus menerus sampai keinginan mereka terpenuhi.

Akbar berterus terang, lemahnya komitmen petugas dikarenakan minimnya pelatihan untuk meningkatkan integritas para sipir. Maka perlu tambahan anggaran untuk mengadakan pelatihan-pelatihan bagi para petugas lapas.

"Rayuan tersebut terus diberikan, sementara komitmennya tidak pernah di-charge (ditingkatkan). Karena memang anggarannya terbatas dan tidak mendapatkan pelatihan, petugas kami banyak lulusan SMA, tidak pernah di-charge, syukur-syukur tidak lari," ujarnya.
Ilustrasi napi di penjara.

Bongkar Kasus Narkoba di Lapas Pakai Alat Deteksi Sinyal HP

Anjing pelacak juga disiapkan untuk bantu bongkar kasus narkoba.

img_title
VIVA.co.id
5 April 2016