Tenda Roboh di Arafah, Menag Jamin Semua Jemaah Dapat Tempat
- Kemenag RI
VIVA.co.id - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta pengurus maktab bisa segera mencari tempat baru bagi jemaah haji Indonesia yang tendanya roboh akibat angin kencang di Arafah. Jemaah yang menempati maktab 8 itu, kini berada di tiga tempat sementara, sembari menunggu perbaikan tenda.
“Alhamdulillah, kita bisa tempatkan di musala yang ada, sebagian di kantor maktab, dan sebagian lagi di kantor muassasah,” kata Lukman.
Dikutip dari Media Center Haji Kementerian Agama, Rabu 23 September 2015, musala dipilih lantaran memang hanya dijadikan tempat salat bersama. Sebagian lain, menempati kantor maktab, dan lainnya diungsikan ke kantor muassasah yang lebih nyaman karena lebih permanen dengan toilet lebih baik.
"Tapi itu juga sementara, sampai tenda yang roboh bisa ditegakkan dan kembali normal. Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama, tenda dapat kembali tegak dan kembali bisa berfungsi,” ucap Lukman.
Lukman berjanji, peristiwa robohnya tenda haji akan menjadi bahan evaluasi. Meski demikian, ia tetap menggarisbawahi peristiwa itu tak lepas dari faktor cuaca ekstrem yang terjadi di Mekkah.
"Tahun lalu, kita tidak mengalami hal ini, karena memang tidak ada cuaca yang seekstrem sekarang. Sejak siang tadi, angin di Arafah cukup kencang. Saya juga mengalami sendiri,” ujarnya.
Lukman berdoa, agar selanjutnya tidak ada lagi peristiwa yang menimpa jemaah haji Indonesia, sehingga dapat lancar dalam beribadah.
“Mudah-mudahan malam ini kondisinya kembali normal dan sampai besok malam tidak ada sesuatu, yang menyebabkan jemaah haji kita kemudian menghadapi kendala, atau masalah terkait tenda,” kata Lukman.
Meski terkendala, Lukman bersyukur, lantaran jemaah memahami kejadian tersebut sebagai musibah. Tidak ada satu jemaah pun yang marah.
“Saya membayangkan, ketika saya sampai di maktab 8, tentu saya akan disambut dengan para jemaah yang emosional. Alhamdulillah, saya bersyukur tidak ada satu pun yang marah. Bahkan, bisa menerima keadaannya dan Alhamdulillahi bisa memahami bahwa ini semata-mata faktor cuaca yang tidak diperkirakan sebelumnya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Daker Airport Jeddah – Madinah, Nurul Badruttamam, mengatakan respons atas peristiwa robohnya tenda jemaah terbilang cepat. Tak lama setelah laporan, tim pengawas maktab yang tergabung dalam Tim Reaksi Cepat Arafah (TRCA) segera berkoordinasi dengan pihak maktab dan muassasah agar bisa segera melakukan perbaikan.
“Kita sudah membentuk tim reaksi cepat arafah daker airport. Kita tambah personel di maktab 8, bekerja sama dengan timsus TNI-Polri untuk menyelesaikan tenda yang roboh. Insya Allah, dalam waktu satu dua jam sudah selesai dan jamaah akan dikembalikan,” ucap Nurul.
Pihak muassasah bahkan mengerahkan 15 ummal (pekerja) untuk membantu menegakkan kembali tenda maktab 8 yang roboh akibat angin kencang di Arafah.
Badal Haji
Hari ini, 9 Dzulhijah 1436 Hijriyah, merupakan puncak haji. Jutaan jemaah dari seluruh penjuru dunia, termasuk 168.800 asal Indonesia sejak Selasa 23 September 2015, telah memenuhi Padang Arafah untuk melaksanakan wukuf (berdiam diri).
Pada Selasa siang, semua akses jalan masuk menuju Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina) sudah dijaga ketat personel keamanan Arab Saudi. Akses masuk diberi pagar barikade. Hanya kendaraan yang memiliki stiker khusus yang diperbolehkan lewat.
Terkait pelaksanaan wukuf ini, sebanyak 222 jemaah haji asal Indonesia terpaksa dibadalhajikan.
Jumlah ini meningkat dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Kalau pada tahun 2013 jumlahnya 156, tahun 2014 jumlahnya 202. Peningkatan ini, salah satunya karena adanya peristiwa robohnya crane di Masjidil Haram yang juga menyebabkan banyak korban. Setidaknya ada 11 orang yang meninggal dan puluhan lainnya luka-luka hingga harus dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi.
Sebanyak 222 jemaah yang akan dibadalhajikan itu terdiri dari: 14 jemaah yang wafat di embarkasi Tanah Air, 120 jemaah yang wafat di Arab Saudi, 71 jemaah yang dirawat di ICU Rumah Sakit Arab Saudi, 6 jemaah yang dirawat di ICU Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), dan 11 jemaah yang dirawat di psikiatri BPHI karena mengalami gangguan jiwa. (asp)