Perjuangan Guru Demo ke DPR, Jual Kambing Sampai Gadai Harta
- M Iqbal
VIVA.co.id - Nuraeni (39 tahun), sudah 11 tahun mengabdi sebagai guru honorer. Ia ikut datang ke Jakarta bersama ribuan guru lain untuk berunjuk rasa di depan Gedung DPR/MPR Senayan.
Dia juga rela berjalan kaki menuju Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa 15 September 2015.
Cerita duka guru honorer memang tidak pernah ada habisnya. Sambil berjalan, Nuraeni yang kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, mengenakan kalung kartu saat dia mengikut tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Kabupaten Temanggung.
Seperti guru honorer lain, Nuraeni juga mempertanyakan nasibnya yang telah lama mengabdi namun tidak diangkat jadi PNS.
"Yang dijadiin PNS malah yang baru-baru ikut tes, saya seperti tidak dihargai, sudah 11 tahun mengabdi," kata Nuraeni kepada VIVA.co.id, Selasa, 15 September 2015.
Cerita lain datang dari Hindun (39 tahun), guru SD asal Banjarnegara, Jawa Tengah. Wanita satu anak ini mengaku sudah satu minggu berada di Jakarta untuk mempersiapkan aksi ini. Dia mewakili Banjarnegara.
Menurut Hindun, sebelumnya ia dan rekan-rekan sesama guru sudah berjuang di daerah, namun Bupati lepas tangan dan menyerah. Akhirnya kepala dinas pendidikan dan bupati setempat memberikan izin untuk ke Jakarta dan ikut unjuk rasa.
"Bupati sudah menyerah, kami diberi izin untuk menuntut langsung ke pusat," kata Hindun.
Hindun menambahkan, masih banyak guru-guru di daerahnya yang digaji Rp50 ribu per bulan. "Kalau dana BOS tergantung jumlah anak didiknya, kita dibayar triwulan, kecil sekali," kata Hindun yang sudah 15 tahun menjadi guru honorer.
Ia mengaku sedih meninggalkan anak-anak didiknya. Namun ia harus berjuang demi kesejahteraan guru honorer. Termasuk kesejahteraannya sendiri.
"Anak-anak sedih saya tinggal. Saya kan mengajar kelas vital, kelas 1 dan kelas 6 SD, posisi sekarang digantiin guru yang PNS," katanya.
Dikatakan Hindun, sejak dia bertemu dengan guru-guru di daerah yang datang di Jakarta, ceritanya masing-masing senada, yakni mengeluhkan kesejahteraan yang buruk di daerah. Namun ribuan guru datang ke Jakarta ini menggunakan biaya sendiri, atau biaya dari perkumpulan guru di daerah.
"Bahkan saking ingin demo di Jakarta, ada yang jual kambing dan gadai sepeda," ujar Hindun.
Ribuan guru honorer yang datang ke Jakarta dari berbagai wilayah di Indonesia ini menginap di fasilitas publik, seperti di Stadion Utama Gelora Bung Karno dan di masjid-masjid yang bersedia menampung mereka. (ase)