Tahun 2020 Indonesia Bebas Flu Burung
Jumat, 11 September 2015 - 14:59 WIB
Sumber :
- Reuters
VIVA.co.id -
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Kesehatan Hewan yang bekerjasama dengan
Food and Agriculture Organization of the United Nations
(FAO)
Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases Operations
(ECTAD) atau badan pangan PBB, menargetkan Indonesia bebas virus H5N1 atau flu burung di tahun 2020.
Berdasarkan data Kementan, saat ini baru tiga provinsi yang dinyatakan bebas endemik H5N1 yaitu, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat.
Baca Juga :
Kasus Flu Burung pada Manusia Semakin Menurun
"Tahun 2018 wilayah Sumatera akan bebas, dan tahun 2019 daerah Jawa. Kenapa lama? Karena di situ tergolong risiko tinggi atau penyebaran virusnya cukup luas," kata Azhar di Gedung Kementan, Jakarta, Jumat, 11 September 2015.
Sementara itu,
National Tecnical Advisor
FAO, Ahmad Ghozali, mengatakan pengendalian virus flu burung dilakukan mulai dari tingkat unggas pekarangan hingga peternakan komersial. Tercatat FAO telah melatih 2756 petugas kesehatan hewan di 31 provinsi, mulai dari tingkat kabupaten hingga pusat.
"Hingga 2015, kami juga melakukan peningkatan kapasitas bagi lebih dari 3.000 peternak unggas komersial mengenai biosekuriti, vaksinasi dan manajemen peternakan," kata Ahmad.
Selain itu, lanjut Ahmad, dilakukan juga surveilans pasar, pembersihan dan disinfeksi, penguatan kapasitas laboratorium serta kajian pada peternakan ayam petelur.
Pengendalian di pasar unggas hidup telah dilakukan di 261 pasar wilayah Jabodetabek, 76 pasar di Surabaya, dan 78 pasar di kota Medan yang bertujuan untuk memonitor kemajuan pengendalian virus.
"Selain itu kami juga meningkatkan kapasitas laboratorium dan petugas laboratorium dalam mengendalikan risiko biologis baik yang mencemari lingkungan dan menulari petugas. Serta mengembangkan piranti lunak manajemen database peternakan ayam," kata Ahmad. (ase)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Tahun 2018 wilayah Sumatera akan bebas, dan tahun 2019 daerah Jawa. Kenapa lama? Karena di situ tergolong risiko tinggi atau penyebaran virusnya cukup luas," kata Azhar di Gedung Kementan, Jakarta, Jumat, 11 September 2015.