Demi Jatigede, Warga Terpaksa Tinggal di Tengah Hutan
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Peresmian Waduk Jatigede pada 31 Agustus lalu menyisakan duka bagi warga yang menjadi korban penggusuran. Warga Jatigede yang sudah meninggalkan kampungnya itu masih merasakan penderitaan ketika tinggal di dalam tenda karena rumah yang mereka bangun tak kunjung rampung.
Relokasi oleh pemerintah tak semulus yang diperkirakan. Tiga keluarga asal Desa Jemah yang sudah relokasi di Desa Tarunajaya, Kecamatan Darmaraja, Sumedang ini sudah hampir satu bulan tinggal di dalam tenda.
Mereka menghabiskan hari demi hari di dalam tenda seluas 2 x 4 meter yang mereka bangun sendiri karena rumah yang mereka bangun dari dana ganti rugi pemerintah tak kunjung rampung.
Desa Jemah merupakan desa pertama yang akan tergenang oleh aliran air Waduk Jatigede. Meski menjadi korban, mereka berharap kehadiran Waduk Jatigede ini bisa berguna bagi masyarakat nantinya.
Sementara itu, di lokasi bendungan, tujuh hari sejak diresmikannya Waduk Jatigede, ketinggian air sudah mencapai dua puluh meter. Jalan-jalan yang tadinya digunakan untuk menghubungkan desa-desa di dalamnya mulai terputus karena genangan air sungai Cimanuk yang meluap dan diperkirakan butuh waktu selama dua ratus dua puluh hari atau sekitar tujuh bulan lebih agar Waduk Jatigede terisi penuh.
Waduk Jatigede ini akan menenggelamkan tujuh belas desa. Dari empat kecamatan di Sumedang dan desa pertama yang akan tenggelam adalah Desa Jemah yang berada di Kecamatan Jatigede
Keberadaan Waduk Jatigede yang sudah mencapai 33 tahun lebih ini menyisakan kepiluan bagi ribuan warga yang terkena dampak proyek pembangunan waduk. Dengan dibangunnya Waduk Jatigede ini, ribuan warga harus kehilangan mata pencaharian dan tempat tinggal.
Jhon Hendra