Mantan Rektor UIN Jakarta Raih Penghargaan Achmad Bakrie

Azyumnardi Azra
Sumber :
  • www.azyumardiazra.com

VIVA.co.id - Pemikir sosial yang juga cendekiawan muslim Azyumardi Azra, menjadi satu dari enam penerima penghargaan Achmad Bakrie (PAB) ke-XIII yang digelar tahun 2015.

Ahmad Tohari dan Apresiasi PAB Terhadap Sastra

Keenam tokoh dari berbagai latar belakang bidang ini dipilih dan ditetapkan sebagai penerima PAB ke-XIII oleh dewan juri yang bekerja independen.

Azyumardi Azra dianugerahi penghargaan sebagai ilmuwan pemikiran sosial yang telah menyumbang khazanah pengetahuan keislaman. Khususnya tentang dunia Islam sebagai jaringan ide yang mengalir dari satu kawasan ke kawasan lain dengan dinamis dan saling mengilhami.

Mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah itu merupakan seorang pemikir kontemporer yang menaruh perhatian besar terhadap upaya Islamisasi ilmu pengetahuan dan pemikirannya mempunyai relevansi dengan perkembangan sains dan teknologi serta mengikuti perkembangan zaman.

Modernisasi atau pembaharuan Islam dalam pemikiran pria kelahiran Lubuk Alung, Sumatera Barat, 4 Maret 1955 ini, merupakan upaya untuk mengaktualisasikan ajaran Islam agar sesuai dengan perkembangan sosial yang terjadi.

Dalam konteks ini, dia ingin menegaskan bahwa ajaran Islam dapat disesuaikan dengan tuntutan sosial. Sehingga dengan perubahan pemikiran-pemikiran atau kebiasaan lama yang mengandung nilai muamalah disesuaikan dengan perkembangan zaman dan tidak mengubah ajaran Islam yang diajarkan oleh Rasulullah.

Adapun untuk mencapai perubahan pendidikan Islam itu, Profesor ahli sejarah, sosial dan intelektual Islam ini mengatakan harus dengan cara perubahan dalam pemikiran dan kelembagaan. Di mana pemikirannya harus bebas, rasional, modern, demokratis dan toleran.

Azyumardi memulai karier pendidikan tinggginya sebagai mahasiswa di Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta pada tahun 1982. Kemudian atas bantuan beasiswa Fullbright, ia mendapakan gelar Master of Art (MA) pada Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah, Columbia University tahun 1988.

Di kampus yang sama, ayah empat orang anak ini pindah ke Departemen Sejarah dan kembali mendapat beasiswa Columbia President Fellowship hingga memperoleh gelar MA pada 1989, dan Doctor of Philosophy Degree tahun 1992, dengan disertasi berjudul The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia : Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries.

Tahun 2004 disertasi yang sudah direvisi diterbitkan secara simultan di Canberra (Allen Unwin dan AAAS), Honolulu (Hawaii University Press), dan Leiden, Negeri Belanda (KITLV Press).

Sejak kembali ke Jakarta, pada tahun 1993, Azyumardi banyak berkiprah di berbagai bidang, selain menjadi dosen di almamaternya. Suami Ipah Farihah itu juga pernah menjadi profesor tamu pada University of Philippines, Philipina dan University Malaya, Malaysia pada tahun 1997.

Kapal Selam Lokomotif Kemajuan Industri RI

Selain itu, dia adalah anggota dari Selection Committee of Southeast Asian Regional Exchange Program (SEASREP) yang diorganisir oleh Toyota Foundation dan Japan Center, Tokyo, Jepang antara tahun 1997-1999.

Pada 1998, Azyumardi Azra terpilih menjadi Rektor IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, dan berakhir pada tahun 2006. Selama menjabat rektor, Azyumardi membuat terobosan besar terhadap institusi pendidikan yang berada di Ciputat, Tangerang Selatan tersebut.

Azyumardi merubah institusinya, IAIN menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sejak Mei 2002 lalu. Perubahan ini disebutkannya sebagai kelanjutan ide rektor terdahulu, yakni Prof. Dr. Harun Nasution, yang menginginkan lulusan IAIN haruslah orang yang berpikiran rasional, modern, demokratis dan toleran.

Lulusan yang tidak memisahkan ilmu agama dengan ilmu umum, tidak memahami agama secara literer, menjadi Islam yang rasional bukan Islam yang madzhabi atau terikat pada satu mazhab tertentu saja.

Maka untuk merealisasikan itu, Azyumardi berupaya menyandingkan ilmu umum dan agama bisa saling berinteraksi. Dan satu-satunya cara adalah mengembangkan IAIN menjadi Universitas sehingga muncullah Fakultas Sains, Ekonomi, Teknologi, MIPA, Komunikasi, Matematika, dan lain-lain.

Tentu saja, pendidikan umum yang diterapkan tetap mencirikan keislaman yang mempunyai wawasan keindonesiaan. (ase)

*Diolah dari berbagai sumber

Enam Tokoh Penerima Penghargaan Achmad Bakrie 2015
Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) XIII 2015

Ada Jatidiri Indonesia dalam Partikel Tuhan

Dalam riset partikel Tuhan yang mendunia, ada nama peneliti muda RI.

img_title
VIVA.co.id
7 September 2015